Senin, 17 Mei 2010

PRAKTIKUM: INDERA PENGLIHATAN


Percobaan                              : Indera Pengelihatan
Nama Percobaan                   : Reaksi Pupil
Nama Subjek Percobaan      : Nani Yuliani
Tempat Percobaan                : Laboratorium Psikologi Faal


a.  Percobaan                         : Untuk mengetahui serta memahami reaksi- reaksi yang terjadi pada pupil mata.

b. Dasar Teori                        : Pada memfokuskan pandangan kesuatu titik tidak jauh didepan mata, terjadi refleks: (1) konvergensi (mata saling mendekat): (2)akomodasai lensa; (3) pengecilan pupil. Iris adalah bangunan berbentuk sirkuler yang berfungsi sebagai diafragma terletak disebelah depan lensa mata. Piringan bebas iris membentuk pupil berupa lingkaran ditengah yang juga  mengatur banyaknya sinar yang masuk. Iris dilapisi pigmen yang menyebabkan gambaran warna mata yang bervariasi. Dengan adanya kemampuan kontraksi pada iris, pupil dapat melebar dan ditempat terang pupil menyempit. Ditempat gelap dan malam hari pupil melebar dan ditempat terang pupil menyempit. Pupil yang melebar terlihat juga pada seseorang sedang marah sehingga matanya terlihat mereh. Warna merah merupakan gambaran lapisan retina yang menjadi jelas akibat pelebaran pupil.

c. Alat Yang Digunakan        : Cermin, senter, tabung dari kertas sepanjang 15 mm dengan lubang pada dasar.

d. Jalannya Percobaan         : Pertama- tama persiapkan senter untuk melakukan percobaan. Lalu arahkan senter ke mata subjek dan perhatikan mata pada pupil (bagian tengah pada mata) dan iris (bagian mata bagian tengah diluar pupil). Lalu bandingkan mata kanan dan mata kiri.

e. Hasil Percobaan                : Mata yang terkena cahaya secara tiba- tiba pada bagian pupil mengecil  dengan cepat dan bagian iris akan mendekati pupil dengan cepat. Dapat dibedakan dengan mata yang tidak terkena sinar. Pada mata yang tidak terkena cahaya pupil akan mengecil secara perlahan dan iris akan mengecil secara tiba- tiba.
                                                        
f. Kesimpulan                        : Saat bagian mata dikenai cahaya secara tiba-tiba pada bagian pupil akan memberikan reaksi yaitu mengecil, dan pada bagian iris akan mendekati pupil dengan cepat. Sedangkan mata yang tidak terkena cahaya secara tiba-tiba pipilnya akan mengecil secara lambat dan iris pun akan mengecil secara tiba- tiba. Jadi, iris mendekati pupil jika cahaya terlalu terang dan iris akan menjauhi pupil jika cahaya terlalu meredup. Bisa saja terjadi refleks jika yang disenter mata sebelah kiri yang meredup mata sebelah kanan, peristiwa tersebut disebut Kiasma optikus atau persilangan bawah otak.

g. Daftar Pustaka                  : Wibowo, D.S. (2005). Anatatomi Tubuh Manusia. Editor: S. Darwin.                                                                    Jakarta. PT. Grasindo.


Percobaan                              : Indera Pengelihatan
Nama Percobaan                   : Visus (Ketajaman)
Nama Subjek                         : Niken Pratiwi
Tempat Percobaan                : Laboratorium Psikologi Faal


a. Tujuan Percobaan                : Untuk mengetahui ketajaman pengelihatan seseorang.

b. Dasar Teori                      : Kebanyakan kesulitan dalam resolusi pengelihatan disebabkan karena kegagalan mata memfokuskan bayangan pada selaput jala. Pada mata normal lensa berbentuk – (garis lurus) untuk membentuk bayangan tajam dari benda- benda yang terlihat dengan tanpa mempersoalkan jarak. Penyesuaian disebut akomodasi. Tes untuk mengukur ketajaman pengelihatan dengan menggunakan skala snellen. Ketajaman 20/20 berarti seseorang dapat membaca sebaris huruf 20 kaki yang juga dapat dibaca pada jarak yang sama oleh seseorang bermata normal. Ketajaman 20/40 berarti bahwa orang tersebut dapat membaca huruf- huruf dari jarak 20 kaki yang bagi orang- orang bermata normal huruf- huruf tersebut dapat dibaca dari jarak 40 kaki; berarti ini dibawah normal. Pada contoh diatas ketajaman normal adalah 20/10, yang berarti bahwa seseorang dapat membaca dari jarak 20 kaki, yang hanya dapat dibaca oleh seseorang bermata normal dari jarak 10 kaki. Jika ketajaman pengelihatan diukur dengan penampilan (performance) relatif seseorang pengamatan normal.
           
c. Alat Yang Digunakan        : Optyotype snellen.

d. Jalannya Percobaan       : Berdiri di hadapan Optyotype snellen yang telah disediakan, lalu berdiri ditanda yang telah ditentukan sekitar mundur 6 ubin/ lantai dari letak alat. Saat tes salah satu mata ditutup tetapi tidak boleh menekan terlalu kehras, karena dapat menimbulkan keburaman saat mata             dibuka. Lalu mencoba membaca, dan begitu selajutnya untuk mata     sebelahnya.
                       
e. Hasil Percobaan                 : Mata kanan : 15        Mata kiri : 15

f. Kesimpulan                        : Dengan jarak 3,5 m subjek masih dapat membaca huruf sampai skala 15 (kanan-kiri).

g. Daftar Pustaka             : Atkinson, R.L,. Atkinson, R.C,. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar                                                               Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH, M. Ed., Ph.D. &                                                                   Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.




Percobaan                              : Indera Pengelihatan
Nama Percobaan                   : Diplopia (Benda Rangkap)
Nama Subjek                         : Niken Pratiwi
Tempat Percobaan                : Laboratorium Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan           : Untuk membuktikan terjadinya diplopia atau adanya titik disprat yang memberikan kesan rangkap.

b. Dasar Teori                        : Diplopia secara umum dibagi menjadi dua yaitu :
·         Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabila subjek melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Kondisi ini disebabkan antara lain oleh gangguan pergerakan otot bola mata sehingga sudut kedua mata tidak sinkron (tahap awal seseorang yang akan menjadi juling atau strabismus). Penyebab lainnya adalah kerusakan saraf yang melayani otot otot bola mata. Kerusakan saraf ini disebabkan oleh stroke, cidera kepala, tumor otak dan infeksi otak. Diplopia binokular juga bisa terjadi pada pasien diabetes, miastenia gravis, penyakit graves, trauma atau cidera pada otot mata dan kerusakan pada tulang penyangga bola mata.
·         Diplopia monokular yaitu diplopia yang hanya terjadi pada satu mata. Penglihatan ganda muncul saat salah satu mata ditutup. Gangguan ini dapat terjadi pada pasien dengan astigmatisme, gangguan lengkung kornea, pterigium, katarak, dislokasi lensa mata, gangguan produksi air mata dan beberapa gangguan pada retina.

Karena bukan merupakan penyakit secara khusus atau dengan kata lain diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada beberapa penyakit yang saya sebutkan diatas maka pengobatan diplopia terggantung dari penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya diplopia.

c. Alat Yang Digunakan        : Tongkat/ batang yang dapat diberikan atau bend alain dengan bentuk beratur.

d. Jalannya Percobaan         : Objek yang dipilih adalah sebuah pulpen. Pulpen diletakkan dihadapan mata, lalau mata sebelah kiri/ kanan ditekan dibagian kelopak mata dengan tangan beriringan dengan melihat pulpen yang sedang digenggam. Kemudian dapat terlihat perbedaan antara sebelum kelopak mata ditekan dengan sebelum ditekan.

e. Hasil Percobaan                 : Benda terlihat rangkap, karena tidak jatuh di balik bintik kuning.

f. Kesimpulan                        : Jika bagian kelopak mata akan melihat benda atau objek yang dituju terlihat rangkap seperti bayangan. Titik bayangn yang tidak sejelas garis asli disebut titik disparat. Kesan rangkap terjadi karena titik identik atau bintik kuning (FOVEA NASALIS) itu diganggu. Jadi adanya pergeseran letak bintik kuning saat pelupuk mata ditekan.

g. Daftar Pustaka                   : NN. (2009). Pengertian Ganda Diplopia. http://www.blogdokter.net/2009/03/07/penglihatan-ganda-diplopia/. 20 Feb 2010.




Percobaan                              : Indera Pengelihatan
Nama Percobaan                   : Buta Warna Dengan Uji Stilling- Isihara & Stilling Isihara I
Nama Subjek                         : Niken Pratiwi
Tempat Percobaan                : Laboratorium Psikologi Faal



a. Tujuan Percobaan              : Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna atau tidak.

b. Dasar Teori                       : 3 dimensi psikologi yaitu corak warna (hue), kecerahan warna (brightness) dan jenuh warna (saturation).
·         Corak warna berkaitan dengan apa yang biasanya kita anggap sebagai 'nama' warna tertentu, misalnya merah, hijau, dan lain sebagainya. Keliling lingkaran warna merupakan skala dimana corak warna dapat ditempatkan berdasarkan susunan yang teratur.
·         Dimensi warna yang lain adalah 'brightness' (terangnya warna). Dasar fisis 'kecerahan' terutaa adalah energi sumber cahaya, yang berhubungan dengan amplitudo gelombang. Warna kuning misalnya tampak sedikit lebih terang dari panjang gelombang merah dan biru walaupun bila ketiganya mempunyai amplitudo yang sama.
·         Dimensi yang ketiga adalah 'saturatin' (saturasi atau kejenuhan warna). 'Saturasi' berhubungna dengan keanekawarnaan cahaya, dimana warna putih berkaitan dengan tidak adanya warna secara total. Warna yang mempunyai 'saturasi' tinggi tindak mengandung warna putih . Warna yang tidak mempunyai 'saturasi' tampak pucat dan keputih- putihan. 'Saturasi' terutama berkolerasi dengan penyebaran panjang gelombang yang berbeda- beda akan tampak mempunyai 'saturasi' rendah; sebuah panjang gelombang tunggal tampak mempunyai 'saturasi tinggi.

                                                  Untuk memahami buta warna, perlu kia ketahui bahwa sistem  pengelihatan normal terdiri dari tiga subsitem, yaitu pebeda terang- gelap, kuning- biru, dan merah- hijau. Buta warna adalah akibat dari kekurangan/ cacat pada satu atau dua subsistem diatas. Sistem terang gelap tetap berfungsi, kecuali bila individu trichormat. Individu dengan cacat satu sistem tetapi dapat menggunakan dua sistem yang lain disebut dichromat atau buta warna sebagaian. Akhirnya, individu dengan hanya satu sistem terang- telap disebut monochromat atau buta warna total.
                                                                                   
                                                  Salah satu dari teori terbatu dikemukakan oleh psikiater Inggris, Thomas Young pada tahun 1802 dan dimodifikasi oleh seorang ahli ilmu faal (physiologist) Hermann Von Helmholtz setengah abad kemudian. Teori tersebut didasarkan atas fakta bahwa tiga warna sudah cukup untuk meghasilkan semua warna pada spektrum. Teori Young- Helmholtz mengemukakan bahwa tiga macam reseptor warna yang berbeda diwakili oleh warna erah, hijau, dan biru. Setiap reseptor maksimal peka terhadap satu panjang gelombang yang lain, tetapi dapat menyesuaikan diri secara luas sehingga suatu panjang gelombang tertentu akan menstimulasi lebih dari 1 rseptor. Semua warna dihasilkan dari stimulusi gabungan reseptor ini. Warna kuning terjadi bila reseptor merah dan hijau distimulasi bersama- sama. Warna putih dihasilkan dari menstimulasi ketiga reseptor tersebut sekaligus. Teori Young- Helmholtz modern mencoba untuk menggabungkan ketiga macam sel kerucut [yang setiap selnya mengandung sebuah pigmen peka gambar (photo sensitivc) dengan ketiga warna).

c. Alat Yang Digunakan        : Kartu/  buku uji Stilling- Isihara & Stilling Isihara I

d. Jalannya Percobaan        : Subjek akan diperlihatkan kartu satu persatu, kemudian subjek akan diminta menebak angka yang terdapat dalam kartu tersebut. Dan terdapat kartu pengacak yang disebut ditorsi, jika diperhatikan tidak membentuk angka dan hanya membentuk sebuah alur.

e. Hasil Percobaan               : Jika alat tes dapat ditebebak oleh subjek dengan baik maka subjek dapat dikatakan tidak buta warna. Tetapi jika subjek terkecoh dengan distorsi bukan berarti subjek buta warna, itu lah fungsi katu tersebut. Jika tidak bisa menebak alat tes tersebut berupa angka maupun warna dapat disimpulkan bahwa subjek buta warna.

f. Kesimpulan                       : Untuk memahami buta warna, perlu kia ketahui bahwa sistem  pengelihatan normal terdiri dari tiga subsitem, yaitu pebeda terang- gelap, kuning- biru, dan merah- hijau. Buta warna adalah akibat dari kekurangan/ cacat pada satu atau dua subsistem diatas. Sistem terang gelap tetap berfungsi, kecuali bila individu trichormat. Individu dengan cacat satu sistem tetapi dapat menggunakan dua sistem yang lain disebut dichromat atau buta warna sebagaian. Akhirnya, individu dengan hanya satu sistem terang- telap disebut monochromat atau buta warna total. Jika tidak bisa menebak alat tes tersebut berupa angka maupun warna dapat disimpulkan bahwa subjek buta warna.

g. Daftar Pustaka                : Atkinson, R.L,. Atkinson, R.C,. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH, M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.

2 komentar: