Senin, 26 Oktober 2009

Pembahasan Manusia dan Self :Allport & Rogers


  1. Pendapat Allport dalam membahas manusia

            Sejak tahun tiga puluhan pikiran-pikiran yang terutama dalam psikologi ialah mengenai pencarian dasar-dasar tak sadar yang mendorong tingkah laku manusia. Dalam situasi ilmiah yang demikian, Gordon .W. Allport lebih memilih jalannya sendiri yaitu menyimpang dari pandangan umum lainnya. Allport mengadakan penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorongan sadar. Allport menggambarkan kodrat manusia adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung.
            Allport menjelaskan tentang orang yang matang dan sehat sebagai berikut:
(a)     Allport memiliki rasa tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat selalu dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar, kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
(b)   Tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka tidak ditentukan oleh masa lampau ataupun trauma-trauma dimasa kanak-kanak. Memperhatikan pada masa depan, bebas paksaan dari masa lampau.
(c)    Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting dan tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis (berorientasi pada konflik-konflik dan pengalaman anak-anak).
(d)   berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol kekuatan yang lainnya.
(e)    Allport juga mendefinisikan bahwa pandangan yang sehat ataupun positif memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
(f)     Allport percaya bahwa tidak ada kesamaan fungsional antara orang yang neorotis dan orang yang sehat/ kesehatan mental, diantara keduanya dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak  memperhatikan sifat lainnya.
(g)    Allport menyatakan, kebahagiaan bukan merupakan suatu tujuan dalam diri sendiri. Tetapi kebahagiaan merupakan hasil sampingan dari keberhasilan intelegensi kepribadian dalam mengejar aspirasi dan tujuan-tujuan.

  1. Perkembangan proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian

            Proparium/ propriate/ appropriate adalah sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang, proparium susunan dari tujuh tingkat diri dan munculnya proparium merupakan suatau persyaratan untuk suatu kepribadian yang sehat.
a)      Diri Jasmaniah
            Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, merasakan kehadiran orang lain,dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Sekitar usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proparium diri jasmaniah.

b)      Identitas Diri
            Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya, anak mulai mempelajari nama, menyadari bahwa bayangan dicermin adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya, dan percaya bahwa perasaan tentang apa yang ia rasa dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang selalu dialaminya dan akan berubah-ubah.

c)      Harga Diri
            Pada tingkat tiga dalam perkembangan proparium ialah timbulnya harga-diri. Perasaan bangga pada anak akan muncul sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan sesuatu atas apa yang anak usahakan sendiri. Pada tingkat ini tingkah laku yang negatif timbul sekitar usia 2 tahun, anak selalu menentang segala sesuatu yang dikehendaki orangtua untuk dilakukannya. Dan sekitar usia 6 atau 7 tahun ari “harga dari” lebih dinilai sebagai nilai persaingan dengan kawan-kawan sebayanya.

d)      Perluasan Diri (Self extension)
            Tingkat keempat dalam perkembangan diri mulai pada usia 4 tahun. Anak mulai menyadari apa yang menjadi miliknya dan hak-hak kewajiban dirinya, seperti mainan yang dibelikan ibu untuk dirinya, mengenali saudara-saudara dan teman-teman bermainnya, mulai mengenal lingkungan tempat, ia tinggal dan anak merasa berkewajiban bangun pagi lalu pergi ke sekolah (play group) dan lain-lain. Pada tingkat ini merupakan awal dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk menambah hal-hal yang bersifat pengembangan seperti abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
           
e)      Gambaran Diri
            Pada tingkat ke lima, menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan anak mendeskripsikan atau berpendapat tentang dirinya. Bermula pada perkembangan dari interaksi antara anak dan orangtua. Orangtua memulainya dengan pujian-pujian dan hukuman (sebaiknya tidak bersifat fisik, karena dapat menimbulkan trauma pada anak) dengan hal tersebut anak mulai berfikir jika ia ingin mendapatkan pujian ia harus bersikap atau menampiklan tingkah laku yang baik, dan jika ia nakal atau menampilkan tingkah laku yang tidak disukai orangtuanya ia akan dihukum. Anak juga mulai mengerti apa yang diharapkan oleh orangtuanya, dan anak juga mulai mengerti tentang tanggung jawab moral serta tentang tujuan-tujuan yang akan datang seperti cita-cita.

f)        Diri Sebagai Perilaku Rasional
            Pada tingkat ini mulai timbul setelah mulai masuk sekolah. Anak sudah mempu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang sudah mempu ia banyangkan dan rasional.

g)      Perjuangan Diri (Propriate Striving)
            Pada masa adolesensi, perjuangan proparium adalah tinggat akhir dari perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya pada tingkat perkembangan ini merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Karena anak mulai merasa dewasa dan mengalami kekaburan identitas yang bermula dari dorongan dan tarikan dalam pandangan yang berbeda antara orangtua dan kawan sebaya. Anak remaja sering memanipulasi peran, berusaha mencari jati diri atau identitas diri untuk masa depan ataupun harapan-harapan menjadi kepribadian yang matang.

            Proparium berkembanga dari masa bayi hingga adolesensi. Seuatu kegagalan dan kekecewaan terjadi pada masa perkembangan akan menimbulkan hambatan intelegensi harmonis dari tingkat-tingkat proparium.

  1. Ciri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport.

            Kepribadian yang matang memiliki tujuh kriteria, kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat khusus dari kepribadian sehat.

a)      Perluasan Perasaan Diri
            Setiap individu pasti mengharapkan perkembangan pada dirinya. Ketika diri mulai berkembang akan memperluas jangkauannya melalllui orang lain dan media elektronik, seperti televisi, radio, dan yang lebih sering digunakan untuk memperluas keingintahuaanya dengan dunia maya atau internet. Kemudian ketika individu mulai merasakan memiliki pengalaman baru, mereka akan bertambah memperluasnya dengan nilai-nilai dan cita-cita. Dengan kata lain, ketika individu merasa menjadi seseorang yang matang ia akan mengembangkan dengan cara mencari info dan mengaplikasikannya agar lebih luas jangkauan dalam dirinya serta dapat diaplikasikan dalam aktivitasnya sehari-hari.
            Jika seseorang terlibat sepenuhnya dengan aktivitas, orang lain ataupun dengan ide-ide yang sering dipaparkan, secara psikologis akan semakin sehat perluasan perasaan diri berlaku bagi kegiatan disekolah atau dikampus, pekerjaan anda, hubungan antar keluarga dan teman-teman, apa yang anda kagumi atau yang anda gemari, dan masih banyak lagi yang saling berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang anda jalani mengandung arti penuh dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan diri.

b)      Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain
            Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain:
  • Kapasitas untuk keintiman
            Masing-masing indivudy dapat memperlihatkan keintiman (cinta) kepada orangtua, anak, teman sebaya, teman karib ataupun lebih femiliar dengan kata “pacar”. Yang dihasilkan dari keintiman adalahsuatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, dan sesuai dengan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Perbedaan antara hubungan cinta dari kepribadianyang sehat. Orang yang neurotis lebih cenderung menerima cinta dari pada kemampuan mereka memberikan cinta. Jika mereka memberi cinta, mereka akan memberikan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang tidak bersifat timbal balik. Tetapi keintiman (cinta) yang sehat yaitu tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
  • Kapasitas perasaan terharu
            Perasaan haru adalah suatu kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua orang. Orang yang sehat lebih cenderung dapat memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, kegagalan yang memberikan ciri kehidupan manusia. Pribadi yang sabar dapat menghadapi tingkah laku orang lain dan mengadili atau menghukumnya merupakan bagian dari rasa haru. Orang yang sehat dapat menerima kelemahan orang lain dan mampu menyadari dirinya memiliki kelemahan. Akan tetapi berbeda dengan orang neurotis, mereka tidak sabar dan kurang memiliki rasa toleransi antar manusia.

c)      Keamanan Emosional
            Kepribadian yang sehat meliputi beberapa kualitas utama adalah penerimaan diri, mampu hidup dengan kodrat sebagai manusia dengan sedikit konflik dari dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka berusaha memperbaiki diri mereka dengan usaha-usaha pertahanan diri dan proses-proses. Allport menyatakan keamanan emosi ialah “sabar terhadap kekecewaan”.  Kepribadian yang sehat :
  • dapat menerima keadaan emosi orang lain, mereka bukan tawaran dari emosi-emosi mereka dan tidak berusaha menyembunyikan emosinya agar tidak mengganggu aktivitas antar individu.
  •  Sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah cepat kecewa bahkan mereka mencari cara untuk mencapai tujuan.
  • Menunjukkan reakti terhadap tekanan dari hambatan-hambatan dan keinginan
  • tidak bebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan

            Sedangkan orang Matang:
  • tidak bisa sabar saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan baginya sampai ia merasa perasaannya terpuaskan atau terpenuhi.
  • Tidak begitu menerima dirinya, selalu gelisah
  • kurang dapat mengontrol emosi

d)      Persepsi Realistis
            Orang yang sehat memandang dunia secara objekti, kurang memiliki kepercayaan bahwa orang lain, keadaan atau situasi yang jahat, dan mereka akan merasa nyaman akan suatu perasaan pribadi terhadap realitas. Mereka lebih menerima realitas sebagaimana adanya, dengan kata lain secara natural.
            Berbeda dengan orang yang neurotis, mereka mudah menerima realitas, mereka akan mengubah realitas sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri.

e)      Keterampilan dan Tugas
            Allport berpendapat bahwa pentingnya pekerjaan dan sangat dibutuhkan penghayatan atau pengalaman diri sendiri kedalam pekerjaan. Perkembangan keterampilan dan bakat tentunya sangat menunjang dalam keberhasilan dalam pekerjaan seseorang dan tentunya harus dijalani dengan rasa iklas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan seseorang.
            Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, tetapi tidak mungkin menentukan orang yang sehat dan matang yang tidak menentukan keterampilan kepada pekerjaan mereka.

f)        Pemahaman Diri
            Usaha untuk mengetahui tidak akan berhenti, tetapi akan terjadi kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objektification) yang bermanfaat disetiap usia. Pengenalan diri yang mendukung pemahaman tentang hubungan dan perbedaan antara gambaran diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara pemahaman hubungan dengan gambaran diri, maka individu juga semakin matang., dan antara sesuatu yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan yang dipikirkan orang lain tentang dirinya merupakan salah satu hubungan yang sangat penting.
            Saat seseorang tidak memiliki tingkat pertahanan diri (self-objektification) yang tinggi menghadirkan pribadi yang negatif kepada orang lain, bahkan ia akan menjadi hakim yang adil bagi orang lain, dan biasanya ia diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Bahkan Allport berpendapat orang yang memiliki wawasan kurang dari yang lebih baik adalah orang yang lebih cerdas dari pada yang memiliki wawasan kurang. Terdapat suatu kolerasi yang tertinggi antara tingkat wawasan diri dan perasaan humor, yaitu tipe humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal yang mustahil serta kemampuan untuk menertawakan diri sendiri.

g)      Filsafat Hidup yang Mempersatukan
            Dorongan dari tujuan dan rencana jangka panjang megarahkan seseorang ke depan atau pandangan yang akan datang, mereka mempunyai suatu perasaan akan tujuannya, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, dan lain-lain. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan “arah” (directnees), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat dari orang-orang yang neurotis. Bagi Allport sangat mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah kemasa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai bersamaan dengan tujuan-tujuan) adalah sesuatu yang sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
            Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dna suara hati yang tidak matang atau neurotis, suara hati yaang neurotis sama seperti suara hati anak-anak yang patuh dan membudak, penuh dengan bantahan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa. Suara hati yanng matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain, dan berujung pada nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.

  1. Perkembangan self menurut Roger.

            Dasar self adalah material self, spiritual self, dan super ego. Istilah self dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu:
  • sikap dan perasaan terhadap dirinya sendiri, yang artinya self dapat dikatakan objek karena menunjukkan sikap, perasaan pengamatan, dan penelitian kepada dirinya sendiri sebagai objek.
  • Suatu proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuian diri, yang artinya dapat dikatakan self sebagai proses yang merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti berfikir, mengingat, dan mengamati.

            Roger bekerja dengan individu-individu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Roger mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi yang disebut “terapi yang berpusat klien” (client- centered therapy). Pendekatan Roger terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang dihasilkan serta memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang dipuji dan selalu optimis. Menurut Roger manusia yang rasional dan sadar, tidak dikendalikan oleh peristiwa-peristiwa masa lampau atau masa kanak-kanak, contohnya kebiasaan kebersihan (toilet training), berhenti menyusu (ASI) lebih cepat, dan pengalaman seks sebelum waktunya. Akan tetapi pengalaman-pengalaman masa lampau dapat dipengaruhi cara pandang kita kemasa yang akan datang dan akan mengganggu kesehatan psikologis.
            Pada masa kecil anak sudah bisa membedakan atau memisahkan salah satu pengalaman yang pernah dialaminya. Pada masa perkembangan diri, anak selalu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya dan dapat menilai sesuatu dengan apa yang ia lihat, dengar, di raba, dan dicium ketika ia membentuk suatu gambaran dari peristiwa. Dengan kata lain anak mengembangkan suatu perkembangan “pengertian diri” (self-concept).
            Dalam self-concept anak sudah dapat menggambarkan dirinya akan menjadi apa atau siapa dan seperti apa. Hal ini timbul dari interaksi dengan orang lain yang mendapatkan suatu gambaran tentang apa yang ia inginkan, dengan mengamati tingkah laku dari orang lain kepada dirinya anak sudah bisa menilai apakah orang lain menilai dironya baik atau buruk dan jika anak mengetahui orang lain menilai dirinya buruk ia akan memperkecil suatu keinginan atau tingkah laku tersebut. Pada waktu diri mulai berkembang anak mulai belajar membutuhkan cinta, Rogers menyebut kebutuhan ini dengan “penghargaan positif” (positive regards).
            Positive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merasuk kedalam diri manusia, setiap anak pasti mencari atau membutuhkan cinta. Anak akan merasa puas jika ia menerima kasih sayang, cinta dan dukungan dari orang lain. Sebaliknya, ia akan kecewa jika menerima celaan dan kurang mendapatkan cinta dan kasih sayang. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh orang tua khususnya ibu. Dalam hal ini anak membutuhkan bimbingan tingkah laku dari orang lain, karena dalam masa ini perkembangan diri anak sering mengamati suatu peristiwa entah bersifat baik atau buruk dan anak peka pada setiap perilaku orang lain terhadap dirinya maka ia akan merencanakan tingkah lakunya sesuai reaksi yang diharapkan akan diberikan.
            Pasa situasi perkembangan anak Rogers menyebutkan “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard). Bentuk cinta dan kasih sayang yang diterima anak yaitu syarat terhadap tingkah laku yang baik, bagi anak ibu adalah orang yang tepat untuk mengembangkan penghargaan positif bersyarat dengan melihat sikap-sikap ibu dan diterapkan kepada diri anak. Orang-orang dengan syarat perhargaan harus membatasi tingkah laku dan pikiran yang tidak pantas, dan dapat merasa terancam jika mereka memamerkannya. Karena individu tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan mereka, maka mereka mngembanngkan “ketidak harmonisan” (incongruence) yang dikemukakan oleh Roger, antara konsep diri dan kenyataan yang mengatasi mereka. Dengan kata lain, mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian yang sehat.
            Syarat utama bagi timbulnya pribadi yang sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard ) pada masa kecil. Jika ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperlihatkan bagaimana anak bertingkah laku hal ini dapat membantu perkembangan diri. Cinta dan kasih sayang diberikan secara bebas dan sikap yang ditampilkan bagi anak menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan. Unconditional positive regard tidak    menginginkan semua penyekapan terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti anak diperbolehkan melakukan apa yang diinginkan tanpa dinasihati. Sebab jika diberi pengertian maka ibu tidak melindungi dari hal-hal yang membeyangkannya.

  1. Peranan positif Regards dalam kepribadian individu.

            Positive regard sangat berperan dalam perkembangan diri individu dan mempunyai pengaruh besar terhadap kepribadian yang sehat. Karena dengan positive regard akan mendorong individu mencari hal-hal yang positif. Dari penghargaan diri atau positive regard individu akan merasakan dicintai dan mencintai yang muncul dari tingkah laku yang positif dan menjadi kepribadian yang sehat dengan baik. Bagaimana jika orang tua tidak memberikan positive regards kepada anak? Bagaimana jika ia mencela dan menolak tingkah laku anaknya?. Tentu saja anak sangat mudah merekam atau mengingat peristiwa yang ia alami sewaktu kanak-kanak. Anak akan mengamati suatu ucapan, celaan, meskipun kata yang diucapkan hanya berfokus pada salah satu tingkah laku yang kurang baik sebagai satu celaan yang luas dan terbesar dalam setiap keadaannya. Anak akan menjadi peka terhadap tingkah laku penolakan diharapkan akan diberikan.
            Dalam hal ini anak mengharapkan bimbingan tingkah laku dari orang tua, orang lain, bukan dari diri sendiri. Kebutuuhan positif regards yang bertambah baik, semakin lama semakin mengerahkan kepada energi dan pikiran, anak harus bekerja keras untuk penghargaan diri dengan mengorbankan aktualisasi diri. Pentingnya positif regards dan syarat-syarat penghargaan juga sangat meyakinkan. Positif regards terbagi menjadi 2, yaitu penhargaan positif bersyarat (conditional positive regards), dan penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regards) yang telah dijelaskan pada perkembangan kepribadian diri. Dan proses aktualisasi diri mulai berlangsung, orang itu dapat maju ke tujuan terakhir, yakni menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

  1. Ciri-ciri orang yang berfungsi dan sepenuhnya menurut Rogers

            Seseorang yang dikatakan berfungsi sepenuhnya jika ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Berarti individu dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai seseorang sehingga ia bersikap defensif, namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh percaya. Orang yang mengaktualisasikan diri menjadi kaya, matang, dan berarti, tetapi mereka tidak perlu tertawa terus menerus.

a)      Keterbatasan Pada Pengalaman
            Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Keterbukaan terhadap pengalaman merupakan lawan dari sikap defensif. Mengetahui tentang kodratnya, tidak ada segi kepribadian tertutup, tidak hanya menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan. Orang yang berfungsi sepenuhnya lebih emosional dalam pengertian bahwa ia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif, mengalami emosi-emosi yang kuat daripada orang-orang yang defensif.

b)      Kehidupan Eksistensial
            Memanfaatkan setiap peristiwa kehidupan dengan baik, setiap peristiwa dirasa segar dan baru seperti belum pernah melakukan cara yang sama. Dapat menyesuaikan diri karena stuktur diri terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru.

c)      Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
            Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan salah satu sudut pandang yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam suatu tindakan yang lebih diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Suatu pedoman untuk mencapai suatu keputusan sangat dibutuhkan karena orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka seperti mereka percaya akan keputusan mereka sendiri. Sebaliknya orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan yang membimbing tingkah lakunya.

d)      Perasaan Bebas
            Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis mereka mengalami kebebasan untuk memilih. Mereka dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan dan rintangan antara pikiran dan tindakan, memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung dirinya sendiri tidak tergantung oleh tingkah laku, keadaan dan peristiwa-peristiwa masa lampau.

e)      Kreativitas
            Semua orang yang berfungsi sepenuhnya pastinya sangat kreatif. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan dari perubahan yang drastis dalam suatu kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk mencegah perubahan-perubahan traumatis, seperti bencana alam. Rogers melihat orang-orang yang berfungsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evolusi manusia.


            Referensi :
·Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus    MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.
·Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian.  PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

Selasa, 13 Oktober 2009

Keuntungan berorganisasi

>



Pada dasarnya manusia hidup saling ketergantungan. Mereka selalu saling menguntungkan, sama halnya dengan berorganisasi karena dalam berorganisasi kita selalu berinteraksi dengan banyak orang dan bisa belajar dari orang lain. Menurut McDavid & Harari (1968) Psikologi Sosial adalah studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individual yang berkaitan dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh perilaku indivudu dapat berstimulus dari interaksi sosial.


Menurut pengalaman yang saya dapat, dengan seringnya kita bersosialisasi atau berorganisasi dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan karena kita saling bertukar pikiran antar satu dengan yang lainnya. Tidak hanya itu dengan berorganisasi kita juga dapat menambah teman, pergaulan, dan tentunya mempermudah kita untuk mencari informasi karena memiliki banyak relasi. Jenis organisasi bermacam-macam seperti, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Karangtaruna, dan masih banyak lagi organisasi yang dibentuk dari Ekskul-Ekskul sekolah contoh: Pramuka.


Sebagai contoh yang saya ambil adalah seseorang yang mengikuti organisasi dari ekskul pramuka yang bernama Mohammad Laiyin Nento(1983). Pertama kali ia mengikuti organisasi pada saat SD dan di SMP ia sudah mulai mempelajari lebih dalam tentang berorganisasi khususnya dalam bidang pramuka. Dari keaktifannya dibidang pramuka Layen begitulah sapaannya dipercaya sebagai anggota OSIS dan ia juga mengikuti kumpulan remaja masjid. Dan saat SMA ia tidak menghilangkan kesempatannya untuk melanjutkan ekskulnya dibidang pramuka, seperti saat diSMP ia kembali di percaya untuk menjadi anggota OSIS di SMAnya karena para guru melihat ia memiliki potensi untuk memimpin, ia juga mengikuti Rohis, dan berpartisipasi dalam forum-forum pelajar lintas sekolah.


Tidak semua orang memiliki keinginan untuk berorganisasi karena ada beberapa orang yang berpendapat bahwa berorganisasi membuang waktu. Orang-orang yang berpendapat seperti itu biasanya mereka tidak memiliki motivasi dalam hidupnya. Tetapi jika mereka memiliki motivasi untuk jalan hidupnya ataupun untuk mereih cita-citanya pasti mereka akan berpandangan dengan berorganisasi dapat menimbulkan keuntungan, tetapi dalam catatan mengikuti organisasi yang positif.


Layen menuturkan keuntungan dari mengikuti organisasi ini adalah ia memiliki jiwa kepemimpinan, dapat memecahkan masalah secara rasional itu yang terpenting dalam satu tim, memberi pelajaran dalam bekerja dalam satu tim, dan masih banyak lagi manfaat yang tanpa disadari ia dapatkan jika bergabung dengan organisasi. Karena tidak semua 'life skill' bisa kita dapatkan hanya dengan Pendidikan Formal di sekolah dan kuliah. Dengan organisasi dapat mendidik kita untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang, belajar untuk menyatukan tujuan bersama.


Bagi layen dengan mengikuti organisasi membuat hidup lebih bergairah dengan tantangan yang bisa didapatkan dengan berinteraksi didalam organisasi tentunya bisa meningkatkan kemampuan life skill seseorang, dan yang terpenting berorganisasi membuat kita memiliki banyak kenalan atau relasi tentunya memperkaya kita dalam berbagai hal. Dan dengan berorganisasi Layen mendapatkan kesitimewaan, seperti saat ia baru lulus dari Sekolah Kejuruan dan bermaksud untuk melamar kerja dan dalam salah satu wawancara ia diberi pertanyaan seputar organisasi ternyata pihak perusahaan tersebet menganggap orang yang aktif berorganisasi mayoritas memiliki kelebihan dari orang yang tidak berorganisasi, terutama dalam mentalitas bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Layen berpendapat bahwa jika kita aktif dan berprestasi, mungkin kita bisa mendapatkan banyak hal yang tidak kita duga. Kesempatan langka yang hanya bisa didapatkan jika kita aktif berorganisasi, contohnya saya beberapa waktu lalu dikirim ke Arizona, USA mewakili Indonesia.


Layen dikirim ke Arizona, USA mewakili Indonesia untuk berpartisipasi dalam SUMMER CAMP 2009 Boys Scout of America. Layen diundang sebagai Instruktur Tamu dalam Kegiatan Tahunan Pramuka Amerika Serikat sekaligus Layen melakukan studi banding untuk bisa dikembangkan dengan Kegiatan Kepramukaan di Indonesia. Dan bagi Layen itu merupakan pengalaman yang sangat berharga, karena dari Indonesia hanya diutus 3 orang. Dan ia juga berkesempatan untuk jalan-jalan ke GRAND CANYON, Jurang terbesar di dunia yang termahsyur juga mengunjungi Kota Judi Internasional LAS VEGAS, hanya untuk sekedar ingin tahu seperti apa aktivitas di kota yang dijuluki 'Kota Dosa'.


Pastinya anda dapat memberikan kesimpulan tidak semua organisasi menghambat atau membuang waktu ataupun menyita waktu, tetapi dengan berorganisasi kita bisa mendapatkan banyak pengalaman dan kesempatan menjadi lebih baik. Dan saat membahas apakah dengan mengikuti organisasi akan menggagu kesehatan mental anda? Layen menjawab “Sejauh ini saya tidak merasakan hal yang demikian. Karena pada hakikatnya, dimana saja kita sedang berorganisasi. Setidaknya kita mengorganisasikan diri kita sendiri. Dan mungkin skala berikutnya kita berorganisasi dalam bentuk profesional di keseharian pekerjaan kita dan di sisi lain tentunya mengorganisasikan keluarga. Jika kita sudah membiasakan diri berorganisasi sejak dini, diwaktu dewasa kita justru akan mendapatkan mentalitas kerja dan menangani sesuatu yang lebih baik. Tentunya jika kita bisa belajar baik dari semua pengalaman berorganisasi kita”.

Beberapa survei membuktikan dengan mengikuti organisasi tidak akan menimbulkan kerusakan mental, selagi orang tersebut menjalani organisasi yang bersifat positif dan tidak merugikan dirinya

Senin, 12 Oktober 2009

KRITIKAN ALIRAN HUMANISTIK TERHADAP ALIRAN PSIKOANALISA DAN BEHAVIORISME


KRITIKAN ALIRAN HUMANISTIK TERHADAP

ALIRAN PSIKOANALISA DAN BEHAVIORISME


Ahli-ahli psikologi humanistik semakin kritis kerena mereka percaya bahwa behaviorisme dan psikoanalisa memberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi. Tuduhan dari pengkritik-pengkritik ini adalah bahwa behaviorisme memperlakukan manusia sebagai suatu mesin atau suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan aturan. Individu digambarkan sebagai suatu organisme yang tersusun baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreatifitas, seperti suatu alat pengukur panas. Sedangkan psikoanalisa telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari kodrat manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan psikotis Freud dan orang-orang yang mengikuti ajaran-ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat – yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, baik Behaviorisme maupun Psikoanalisa tidak berbicara mengenai potensi kita untuk tumbuh, keinginan kita untuk menjadi lebih baik, segi-segi pandangan ini memberikan suatu gambaran yang pesimistis tentang kodrat manusia. Kita dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan oleh ahli-ahli psikoanalisa sebagai korban dari kekuatan-kekuatan biologis dan konflik-konflik masa kanak-kanak.


Referensi:

  • Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., dan Hilgard, E.R. 1994. Pengantar Psikologi Jilid 2. Edisi Ke- 8. Editor: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.
  • Dwi, R.B.P., Prabowo, H., Puspitawati, I. 1996. Psikologi Umum I. Edisi Pertama. Editor: Hendro Prabowo. Jakarta: Gunadarma.
  • Apadefinisinya.blogspot.com. 18 Mei 2008.
  • Sudrajat, A. Fakjmidrajat.wordpress.com

Psikoanalisa,Behaviorisme, dan Humanistik

PERBEDAAN ANTARA PSIKOANALISA, BEHAVIORISME, DAN HUMANISTIK


  1. PSIKOANALISA

Tokoh dari Psikoanalisa adalah Sigmund Freud (1856-1939). Menurut Freud pikiran-pikiran yang ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau menyimpang. psikoanalisa telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari kodrat manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan psikotis. Freud dan orang-orang yang mengikuti ajaran-ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional.

  1. BEHAVIORISME

Tokoh dari Behaviorisme adalah Ivan .P. Pavlov, Thorndike,Skinner, dan B.Watson. Behaviorisme menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai perilaku, memandang individu sebagai makhluk aktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Behaviorisme merupakan salah satu aliran Psikologi yang menyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati. Dalam aliran ini manusia digambarkan sebagai mesin, manusia sudah diatur sebagai sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sudah disesuaikan atau sesuai hukum.

  1. HUMANISTIK

Tokoh dari Humanistik adalah A. Maslow, Roger, Jung. Menurut psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Aliran ini memberikan dorongan kepada seseorang yang memiliki kemauan untuk menjadi lebih baik, dan memiliki pandangan yang optimistik dan berharap menjadi lebih baik. Maslow menguraikan manusia memiliki 5 macam kebutuhan :

a) fisiologis

b) rasa aman

c) rasa cinta dan memiliki

d) penghargaan atau pengakuan

e) aktualisasi diri



Referensi:


  • Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., dan Hilgard, E.R. 1994. Pengantar Psikologi Jilid 2. Edisi Ke- 8. Editor: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.
  • Dwi, R.B.P., Prabowo, H., Puspitawati, I. 1996. Psikologi Umum I. Edisi Pertama. Editor: Hendro Prabowo. Jakarta: Gunadarma.
  • Apadefinisinya.blogspot.com. 18 Mei 2008.
  • Sudrajat, A. Fakjmidrajat.wordpress.com