Senin, 17 Mei 2010

B. GANGGUAN ASPERGER


b. Kriteria Diagnistik Asperger
            Dalam penentuan gangguan harus dilihat dari kriteria tertentu. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
A.        Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

B.        Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

C.        Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

D.        Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

E.         Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

F.         Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:
1)      Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2)      Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.
3)      Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4)      Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
Catatan: berbeda dengan autis infantil asperger baru dapat terdeteksi saat umur 6 – 11 tahun.

Jika di simpulkan, lebih mudah di diagnosis:
  • Ketidakmemadai anak dalam menjalin relasi timbal balik walaupun dengan bahasa dan perilaku nonverbal sekalipun, misalnya kontak mata yang sangat kurang, ekspresi muka yang datar, gerak-gerik yang kaku sehingga sulit untuk menjalin interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
  • Ketidakmampuan untuk mengembangkan pola relasi yang adekuat dengan teman sebayanya.
  • Kekurangmampuan untuk menikmati kesenangan dan ketertarikan bersama dengan kelompoknya atau orang lain. Anak sulit merabarasakan apa yang dirasakan orang lain (sulit berempati).
  • Ketidakmemadaian dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional yang bersifat timbal balik.
  • Preokupasi dengan satu atau beberapa minat secara terbatas dan dengan cara yang sangat khas serta berlabih-lebihan (baik intensitas maupun fokus yang diberikan).
  • Gerakan-gerakan yang khas dan berulang-ulang, serta tidak sesuai dengan perilaku anak seusianya.
  • Terpaku pada suatu kegiatan yang bersifat ritual atau rutinitas.
  • Perilaku anak sangat tidak fleksibel.
  • Preokupasi dengan bagian-bagian dari suatu objek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar