1. Metode multi-sensory
Anak akan diajarkan mengeja, tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya dan kemudian diucapkannya kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual serta taktil (sentuhan) dengan cara menuliskan huruf-huruf tersebut di udara dan di lantai, membentuk huruf dari lilin (plastisin) atau dengan menulis besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
2. Membangun rasa percaya diri
Ajak anak mengevaluasi dan memahami dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangan yang ada padanya, agar dia dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Apalagi menurut penelitian, anak-anak ini cenderung mempunyai kelebihan dalam hal physical-coordination, kreativitas, dan kemampuan berempati pada orang lain.
Sumber: www.tabloid-nakita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar