BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata eksperimen menunjukkan beberapa pengertian, diantaranya adalah (a) Sebuah tes atau pengujian. Tes itu biasanya dinyatakan dalam pernyataan kausal. (b) Sebuah tes yang tidak begitu kentara kausalnya. (c) Percobaan atau manipulasi dengan sengaja. Misal, kari ditambahkan pada sejumlah kesempatan dan bawang putih ditambahkan pada beberapa kesempatan yang lain untuk menentukan bumbu mana yang membuat rasa nasi lebih enak.
Percobaan dapat dilakukan dengan simulasi, seperti membayangkan memakan nasi berbumbu bawang putih/kari atau misalnya menjadi pilot dalam simulator. Namun, tes yang dilakukan dengan makan sungguhan atau terbang sungguhan akan memiliki kredibilitas lebih tinggi dibandingkan dengan tes yang dilakukan dengan simulasi.
Penelitian eksperimental dapat melibatkan jumlah kelompok subjek berbeda-beda, tergantung dari permasalahan penelitian yang ingin dijawab. Setiap teknik kontrol variabel sekunder yang berkaitan dengan desain dapat diterapkan pada penelitian eksperimental dengan jumlah kelompok yang berbeda-beda.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah agar dapat mengerti lebih jelas dan mengerti lebih jauh apa itu Desain Satu-Kelompok dan Desain Dua-Kelompok itu.
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang positif yaitu dapat membantu kita untuk memahami bagaimana melakukan penelitian dengan metode eksperimen yaitu Desain Satu-Kelompok dan Desain Dua-Kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Desain atau perencanaan diperlukan sebelum kita melakukan atau membuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan atau harapan. Misalnya ketika kita akan membuat sebuah meja, kita perlu membuat perencanaan terlebih dahulu bagaimana bentuk dan ukuran meja, sehingga kita tahu bahan-bahan apa saja yang diperlukan. Setelah bahan-bahan terkumpul, kita mulai memotong dan menyusun sesuai dengan desain awal. Dengan melakukan ini maka dapat dipastikan akan terbentuk meja yang sesuai dengan rencana semula.
Bandingkan apabila kita tidak membuat perencanaan terlebih dahulu, tetapi sekedar mengumpulkan bahan-bahan, kemudian memotongnya tanpa ukuran yang tepat, kemudian menyusunnya. Dengan cara seperti ini pasti tidak akan terbentuk meja yang baik, mungkin saja kaki meja tidak sama panjang atau bentuk mejanya tidak simetris.
Hal diatas juga dapat terjadi dalam penelitian ilmiah. Apabila kita tidak membuat perencanaan terlebih dahulu, maka dapat dipastikan penelitian tidak akan berjalan dengan baik, atau bahkan hasil penelitian tidak sesuai dengan tujuan semula. Disini bukan berarti bahwa dengan menentukan desain penelitian, kita mengarahkan penelitian agar hasilnya sesuai dengan keinginan peneliti, atau dengan kata lain diarahkan agar menolah Ho. Bila seperti ini, maka ini bukanlah penelitian ilmiah karena disengaja atau dibuat agar hasilnya sesuai dengan keinginan peneliti (experiment bias) dan bukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan melalui penelitian lapangan.
B. Desain Satu-Kelompok
Macam-macam desain penelitian eksperimental berdasarkan teknik kontrol dan jumlah kelompoknya. Secara umum, berdasarkan jumlah pengukuran variabel terikat, ada tiga macam desain satu kelompok, yaitu one-group posttest, one-group pretest-posttest, dan time-series design (Robinson, 1981). Berikut akan dijelaskan masing-masing desain tersebut.
1. One-Group Posttest Design
Manipulasi (X) → Pengukuran (O) |
Contohnya:
Seorang dosen X ingin mengetahui apakah memberikan tugas pada setiap mata kuliah dapat meningkatkan prestasi mahasiswa. Untuk itu, dosen X selalu memberikan tugas setiap kali memberikan kuliah pada satu kelas yang diajarnya selama satu semester. Prestasi mahasiswa dilihat dari nilai ujian akhir semester (UAS) setiap mahasiswa.
Desain seperti ini banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik bidang pendidikan, organisasi, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena memang tidak memungkinkan dilakukannya randomisasi untuk membagi subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk melihat pengaruh dari variabel bebas, tidak dilakukan analisis statistik terhadap hasil pengukuran variabel terikat.
Kelemahan dari desain ini adalah tidak ada kontrol terhadap variabel sekunder, salah satunya adalah randomisasi, sebagai syarat dilakukannya penelitian eksperimen. Karena hanya dilibatkan satu kelompok (sebagai kelompok eksperimen), maka tidak ada kelompok pembanding (kelompok kontrol) sebagai kontrol terhadap variabel sekunder, sehingga kesimpulannya dapat salah: apakah perubahan pada variabel terikat disebabkan oleh manipulasi ataukah karena pengaruh faktor lain.
Dari contoh diatas, bila memang nilai UAS para mahasiswa ternyata cukup bagus, tidak bisa secara langsung disimpulkan bahwa ini disebabkan oleh pemberian tugas. Bisa jadi karena memang para mahasiswa pada kelas tersebut memiliki inteligensi dan motivasi yang tinggi, sehingga tanpa perlu diberikan tugas, mereka memang sudah memahami materi kuliahnya. Bahkan mungkin bila tidak pernah diberikan tugas sekalipun, nilai UAS yang mereka peroleh cukup bagus. Ini berarti tidak ada kontrol terhadap proactive history (individual defferences).
2. One-Group Pretest-Prosttest
Pengukuran (O1) → Manipulasi (X) → Pengukuran (O2) |
Misalnya:
Dosen X ingin membuktikan kembali bagaimana pengaruh pemberian tugas setiap kali kuliah terhadap peningkatan prestasi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada kelas semester berikutnya. Pada kuliah pertama dosen X memberikan ujian kepada para mahasiswa. Setelah itu selama satu semester, dosen X memberikan ujian yang sama kepada para mahasiswa.
Efektivitas atau pengaruh dari variabel bebas terjadap variabel terikat dilihat dari perbedaan antara pretest (O1) dengan posttest (O2), atau agar lebih meyakinkan dalam kesimpulannya, dapat digunakan analisis statistik dengan correlated data t-test / paired-sample t-test. Dosen X melihat pengaruh pemberian tugas dengan cara membandingkan nilai ujian para mahasiswa diawal semester (pretest) dengan hasil ujian akhir semester (posttest). Bila ada perbedaan antara skor pretest dan skor posttest dimana skor posttest lebih tinggi secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas meningkatkan prestasi belajar.
Dibandingkan desain sebelumnya, desain ini lebih baik karena menggunakan teknik kontrol konstansi terhadap proactive history, yaitu dengan adanya presest-posttest. Dengan adanya pretest kita dapat mengetahui initial position masing-masing subjek, sehingga kita mengetahui proactive history setiap subjek. Dengan kata lain, pretest menjadi pembanding bagi posttest. Dengan demikian, kesimpulan yang diperolah lebih meyakinkan, bahwa variabel bebas menyebabkan peningkatan variabel terikat. Desain ini sebenarnya mengatasi kelemahan dari desain one-group posttest design, dengan menyediakan data pembanding.
Walaupun demikian, desain ini masih memiliki kelemahan, karena masih ada beberapa variabel sekunder yang tidak terkontrol. Kelemahan ini terutama karena tidak dilakukannya randomisasi sebagai syarat mutlak dilakukannya penelitian eksperimental. Selain itu, karena dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian manipulasi, maka akan muncul retroactive history.
Pada contoh diatas, karena mahasiswa mendapatkan soal ujian yang sama pada saat pretest dan posttest, mereka menjadi sadar (aware) mengenai apa yang diukur. Karena materi yang ditanyakan dalam pretest belum dipelajari, ketika dosen X menerangkan materi tersebut para mahasiswa mungkin mendalam materi yang ada dalam soal ujian. Oleh karena itu, ketika diakhir semester diberikan soal yang sama, maka nilai ujian mereka akan meningkat. Dengan demikian, peningkatan skor posttest bukan disebabkan oleh pembaikan tugas, tetaoi karena kesadaran para mahasiswa terhadap soal ujian.
3. Time-Series Design
O1 → O2 → Manipulasi (X) → O3 → O4 |
Contoh penelitian dari desain ini adalah penelitian mengenai program pengembangan kreativitas pada murid TK. Sebelum program pengembangan kreativitas tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan beberapa kali pretest. Nilai rata-rata dari setiap kali pengukuran akan menunjukkan kecenderungan perubahan tingkat kreativitas yang tidak disebabkan oleh program. Kemudian baru diberikan program pengembangan. Selama semester pertama program tersebut dilaksanakan, dilakukan beberapa kali pengukuran tingkat kreativitas murid-murid TK tersebut. Pengukuran saat program sedang berjalan akan menghasilkan beberapa nilai rata-rata yang menunjukkan terjadinya perubahan pada tingkat kreativitas anak yang disebabkan oleh program tersebut.
Gambar berikut menunjukkan kecenderungan aktivitas anak sebelum dan sesudah mendapatkan program.
x
Skor x 04
Kreativitas 03
x
x 02
01
Dibandingkan dengan desain-desain satu-kelompok lainya, time series design adalah yang terbaik. Hal ini karena desain ini memungkinkan peneliti untuk melihat pengaruh variabel diluar variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membandingkan kecenderungan perubahan skor variabel terikat sebelum dan sesudah pemberian manipulasi. Selain itu, perubahan rata-rata skor tepat sebelum dan rata-rata skor yang diperoleh peratama kali saat program telah berlangsung akan menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh variabel bebas.
Bila melihat grafik diatas terlihat bahwa garis yang menghubungkan O1 dan O2 dengan O3 dan O4 mempunyai sudut yang kurang lebih sama besarnya. Ini menunjukkan perubahan skor yang disebabkan oleh variabel sekunder. Adapun garis yang menghubungkan O2 dan O3 mempunyai sudut yang jauh lebih besar dari O1-O2 dan O3-O4. Ini berarti berubahan dalam variabel terikat disebabkan oleh variabel bebas dan variabel sekunder. Dengan mengetahui besarannya pengaruh variabel sekunder maka peneliti akan dapat mengetahui berapa besarnya pengaruh variabel bebas. Akan tetapi, untuk ini dibutuhkan perhitungan statistik yang rumit.
Bila dibandingkan dengan desain satu-kelompok sebelumnya, desain ini merupakan desain yang paling baik. Alasannya dengan dilakukan pengukuran yang berulang sebelum dan sesudah manipulasi, sebenarnya berarti telah dilakukan konstansi terhadap proactive history, maturarion dan testing. Namun demikian, tidak ada kontol terhadap retroactive history, yang terjadi antara satu pengukuran dengan pengukuran lainnya.
Meskipun desain ini termasuk desain yang paling baik dalam desain satu-kelompok, desain ini jarang digunakan karena banyaknya data yang harus dikumpulkan dan alat ukur yang sama tidak dapat digunakan berkali-kali. Disisi lain, akan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri subjek selama pengukuran dilakukan. Semua hal ini tentu saja akan mempengaruhi validitas internal dari penelitian.
C. Desain Dua-Kelompok
Desain dua kelompok merupakan desain yang saderhana tetapi telah memenuhi syarat sebagai penelitian eksperimental. Desain dua-kelompok merupakan desain yang lebih baik dibandingkan dengan desain satu kelompok, karenadimungkinkannya dilakukan kontrol variabel sekunder yang lebih baik, terutama randomisasi, serta adanya kelompok kontrol sebagai pembanding.
Desain dua-kelompok merupakan desain yang bersifat eksploratif, karena kita dapat mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dibuktikan dengan memberikan variabel bebas kepada satu kelompok (yang disebut Kelompok eksperimen) dan tidak diberikan variabel bebas kepada satu kelompok lain (yang disebut Kelompok Kontrol). Bila ternyata skor variabel terikat pada kedua kelompok tersebut berbeda, maka dapat dipastikah bahwa perbedaan tersebut karena adanya perbedaan pemberian variabel bebas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat. Desain dua-kelompok ini mengikuti prinsip method of difference.
D. Kegiatan Dalam Desain Dua-Kelompok
Secara umum, ada empat hal yang dilakukan peneliti pada desain dua-kelompok, yaitu:
1. Mengontrol Variabel Sekunder
Dalam desain satu-kelompok tidak dimungkinkan dilakukannya kontrol variabel sekunder (kecuali eliminasi dan konstansi kondisi) sebagai syarat penelitian eksperimental. Dapat diketahui variabel sekunder itu sendiri adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas. Teknik yang dilakukan dalam pada desain dua-kelompok lebih banyak dibandingkan pada desain satu-kelompok.
2. Memberikan Variasi Variabel Bebas Berbeda Kepada Setiap Kelompok Penelitian
Kegiatan ini merupakan pengertian dari manipulasi variabel bebas, sebagai salah satu syarat penelitian eksperimental. Dengan adanya variasi bebas ini maka desain dua-kelompok menjadi desain yang lebih baik dari pada desain satu-kelompok.
3. Mengukur Varians Antar Kelompok (VAK) dan Varians Dalam Kelompok (VDK)
Untuk mengetahui apakah perbedaan skor variabel terikat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh perbedaan pemberian variabel bebas atau karena faktor-faktor lain, kita perlu menghitung varians antar kelompok (VAK) dan varians dalam kelompok. Sedapat diketahui bahwa varians antar kelompok adalah jumlah variasi variabel terikat berkaitan dengan variabel bebas, sedangkan varians dalam kelompok adalah jum;ah variasi berkaitan variabel sekunder yang tidak dikontrol dalam penelitian.
4. Membandingkan Variansi Antar Kelompok (VAK) terhadap Varians Dala Kelompok
Setelah mendapatkan hasil perhitungan varians antar kelompok (VAK) dan varians dalam kelompok (VDK) kita membagi hasil varians antar kelompok terhadap varians dalam kelompok untuk mengetahui kemungkinan perbedaan dalam skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terjadi karena disebabkan oleh variabel bebas atau terjadi secara kebetulan. Sebenarnya ini merupakan analisis statistik, yaitu uji-F (F-test), untuk mengetahui besar perbedaan variabel terikat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada desain dua-kelompok, dengan prinsip yang sama, analisis statistik yang dilakukan adalah sebagai uji-t (t-test). Untuk mengetahui apakah perbedaan variabel terikat terjadi disebabkan variabel bebas, kita menguji signifikan uji-t hasil perhitungan kita dengan membandingkan dengan tabel uji-t. Sebelumnya perlu kita tentukan terlebih dahulu degrees of freedom (df) dan level of significance (los). Bila nilai-t hitung lebih besar dari nilai-t tabel, maka perbedaan variabel terikat terjadi disebabkan oleh variabel bebas. Dengan kata lain, ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Ini berarti, Ho ditolak dan Ha (Hipotesis penelitian) diterima.
BAB III
KESIMPULAN
Ada tiga macam desain satu kelompok, yaitu:
1) One-group posttest:
Manipulasi (X) → Pengukuran (O) |
2) One-group pretest-posttest:
Pengukuran terhadap variabel terikat yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan manipulasi, dilakukan pengukuran kembali terhadap variabel terikat dengan alat ukur yang sama.
Pengukuran (O1) → Manipulasi (X) → Pengukuran (O2) |
3) Time-series design:
Pengukuran dilakukan berulang-ulang, baik sebelum diberikan manipulasi maupun sesudah diberikan manipulasi.
O1 → O2 → Manipulasi (X) → O3 → O4 |
Ada empat hal yang dilakukan peneliti pada desain dua-kelompok, yaitu:
1. Mengontrol Variabel Sekunder
2. Memberikan Variasi Variabel Bebas Berbeda Kepada Setiap Kelompok Penelitian
3. Mengukur Varians Antar Kelompok (VAK) dan Varians Dalam Kelompok (VDK)
4. Membandingkan Variansi Antar Kelompok (VAK) terhadap Varians Dala Kelompok
Daftar Pustaka
Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi, B. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks.
Dicky Hastjarjo. (2008). Ringkasan buku Cook & Campbell. (1979). Quasi-
Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings. Houghton Mifflin Co. www.dickyh.staff.ugm.ac.id. Unifersitas Gaja Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar