Freud mungkin ahli teori psikologis pertama yang memfokuskan pada pembangunan kepribadian dan untuk menekan peran dari masa bayi dan masa kanak-kanak awal di pembentukan karakter individu. Konsepsi Freud dari pembangunan kepribadian boleh jadi salah satu kontribusi paling penting dari teori psikoanalisis ke teori kepribadian kontemporer dan psikologi perkembangan.
Freud meyakini bahwa setelah kira-kira akhir dari tahun ke-lima dalam kehidupan, perkembangan dan perubahan kepribadian sebagian besar konsisten untuk mengelaborasi struktur dasar yang dibentuk di tahun pertama dari keberadaan anak.
2. 1. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Kepribadian itu berkembang dalam hubungan dengan empat macam sumber tegangan pokok, yaitu :
· Proses pertumbuhan fisiologis
· Frustasi
· Konflik
· Ancaman
Freud meyakini bahwa setelah kira-kira akhir dari tahun ke-lima dalam kehidupan, perkembangan dan perubahan kepribadian sebagian besar konsisten untuk mengelaborasi struktur dasar yang dibentuk di tahun pertama dari keberadaan anak. Secara bertentangan, Freud jarang mempelajari anak-anak muda secara langsung; dia mendasari teorinya pada pekerjaannya dengan pasien analitik dimana explorasi mental sangat sering memimpin mereka kembali untuk pengalaman masa kanak-kanak awal. Sebagai akibat dari meningkatnya tegangan karena keempat sumber itu, maka orang harus terpaksa belajar cara-cara yang baru untuk mereduksikan tegangan. Belajar cara-cara yang baru untuk mereduksikan tegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian.
2.2. IDENTIFIKASI DAN PEMINDAHAN OBYEK
Identifikasi dan pemindahan obyek adalah cara-cara atau metode-metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik serta kecemasan-kecemasannya.
- Identifikasi (Identification)
Pengertian ini di depan sudah dibicarakan, yaitu dalam hubungan dengan pembentukan ego dan superego. Di sini identifikasi itu dapat diberi definisi sebagai metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian daripada kepribadiannya. Dia belajar mereduksikan tegangannya dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku lain, Untuk hal yang demikian ini, Freud mempergunakan identifikasi dan bukan imitasi, sebab menurut dia istilah imitasi mengandung arti peniruan yang dangkal, sedangkan dalam identifikasi apa yang ditiru itu lalu monjadi bagian daripada kepribadiannya. Anak mengjdentifikasikan diri dengan orang tuanya karena baik anak mereka itu adalah omnipotent, setidak-tidaknya selama mereka masih sangat kecil; setelah anak lebih besar dia menemukan orang-orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri, oleh karena ternyata orang-orang lain itu lebih cocok dengan kebutuhannya.
Tiap masa mempunyai tokoh-tokoh identifikasi yang khas, Pada umumnya identifikasi ini berlangsung dengan tidak disadari; jarang dilakukan dengan maksud sadar. Dalam pada itu perlu dikemukakan. bahwa orang tidak perlu mengidentifikasikan diri dengan semua hal yang ada pada orang lain tempat dia mengidentifikasikan diri itu, akan tetapi biasanya dia memilih hal-hai yang dalam anggapannya akan dapat menolongnya untuk mencapai sesuatu maksud. Dalam proses identifikasi ini banyak terjadi jatuh bangun, trial and error, karena biasanya orang tidak pasti benar, apakah yang ada pada orang lain itu yang dapat membawa sukses baginya. Jadi apa yang akan diambil atau ditiru itu ditest dulu apakah hal tersebut dapat membantu mengurangi tegangan. Obyek identifikasi itu tidak hanya terbatas pada manusia saja tetapi dapai bermacam-macam sekali; Orang dapat mengidentifikasikan diri dengan binatang, sifat-sifat yang dikhayalkan pikiran-pikiran abstrak dan sebagainya.
Kecuali dalam bentuk seperti yang sudah dibicarakan itu idenlifikasi dapat merupakan cara yang dipergunakan orang untuk mencapai kemball hal yang telah hilang. Misalnya, dengan mengidentiftkasikan diri dengan kecintaan yang telah meninggal atau terpisah, maka kecintaan itu dapat menjelma kembali dalam pribadi orang yang mengidentifikasikan itu. Dapat juga orang mengidentifikasikan diri karena takut. Anak mengideniifikasikan diri dengan larangan-larangan orang tua untuk menghindarkan diri dri hukuman. Identifikasi macam ini merupakan dasar pembentukan superego.
Struktur kepribadian, merupakan kumpulan atau lebih tepatnya Gestalt daripada bermacam-macam idenitifikasi yang dibuat dalam berbagai masa dalam hidup seseorang, walaupun mungkin sekali tokoh-tokoh identifikasi yang terpenting adalah ayah dan ibu.
2. Pemindahan Obyek (Displacement)
Apabila obyek pilihan sesuatu insting yang asli tidak dapat dicapai karena rintangan (anti-cathexis). baik rintangan dari dalam maupun dari luar, maka terbentuklah cathexis yang baru, kecuali kalau terjadi penekanan yang cukup kuat. Apabila cathexis yang baru ini juga tak dapat dipenuhi, akan terjadi cathexis yang lain pula, demikian seterusnya sampai ada obyek yang dapat dipakai untuk mereduksikan tegangan; obyek ini akan dipakai terus sampai saat habis kemampuannya untuk mereduksikan tegangan. Selama proses pemindahan itu sumber dan tujuan insting tetap, hanya obyeknya yang berubah-ubah. Saat itu jarang sekali obyek pengganti itu dapat memberi pemuasan sebesar obyek aslinya; makin jauh pemindahan obyek itu dari obyek asli, maka makin sedikitlah tegangan yang dapat direduksikan. Sebagai akibat dari bermacam-macam pemindahan obyek itu, maka terjadilah penumpukan tegangan, yang kemudian bertindak sebagai alasan yang tetap (kekuatan pendorong yang tetap) bagi tingkah laku.
Telah disebutkan, bahwa orang selalu mencari cara-cara baru yang lebih baik untuk mereduksikan tegangan itu. Inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya serta berbeda-bedanya tingkah laku serta yang menyebabkan kegelisahan manusia. Dalam pada itu pribadi makin lama makin stabil. karena telah memiliki bentuk-bentuk “kompromi” antara dorongan-dorongan dari instink dan anti-canthexis-nya dari ego dan superego. Freud menunjukkan, bahwa pengekangan terhadap pemilihan-pemilihan obyek yang primitif serta penggunaan energi instinktif untuk hal-hal yang dapat ditenma oleh masyarakat serta bersifat kreatif itulah yang memungkinkan perkembangan kebudayaan. Pemindahan obyek yang menghasilkan hasil kebudayaan yang tinggi disebut sublimasi. Karena sublimasi ini juga tidak dapat memberikan kepuasan yang sempurna (seperti halnya Iain-lain pemindahan obyek). maka selalu akan ada sisa tegangan yang tak terpuaskan. Tegangan ini selanjutnya mungkin muncul atau menjelma dalam bentuk kegelisahan atau gangguan syaraf, suatu keadaan yang oleh Freud ditafsirkan sebagai pembayaran yang harus diberikan oleh manusia sebagai makhluk beradab.
Adapun arah pemindahan obyek ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
- kemiripan obyek pengganti terhadap obyek aslinya, dan
- sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat.
2.3. MEKANISME PERTAHANAN EGO
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebih, maka ego kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk mcnghilangkan atau mereduksikan tegangan. Cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah:
Ø Represi
Represi penting bagi orang yang perkembangan kepribadian orang yang normal. Represi ditempatkan pada ego dan apa yang direpresikan pada id. Represi dapat mengganggu fungsi normal badan.
Ø Proyeksi
Mekanisme yang digunakan untuk mengubah kecemasan neurotik aatau kecemasan moral menjadai ketakutan yang objektif disebut sebagai proyeksi. Proyeksi seringkali melayanai tujuan rangkap. Ia mereduksikan kecemasan dengan mereduksikan bahaya yang besar dengan bahaya yang lebih ringan, dan memungkinkan orang yang melakukan proyeksi mengungkapkan impulsnya dengan berkedok mempertahankan diri.
Ø Pembentukan reaksi
Tindakan defensif ini berupa menggantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikan dalam kesadaran.
Ø Fiksasi
Dalam bahasa yang mudah fiksasi dapat diartikan sebagai berhentinya suatu perkembangan normal individu pada suatu tahapan untuk sementara atau selamanya.
Ø Regresian
Ini berarti suatu keadaan dimana seseorang cenderung mudur atau kebali pada tahapan dimana mereka telah terfiksasi sebelumnya.
Semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifat-sifat yaitu:
1) kesemuanya itu menolak, memalsukan atau mengganggu kenyataan.
2) kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari, sehingga orangnya yang bersangkutan tak tahu (tak menginsyafi) apa yang sedang terjadi.
2.4. FASE- FASE PERKEMBANGAN
Sigmund freud menjelaskan bahwa anak memiliki perkembangan yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan tersebut bila terpuaskan maka anak akan berkembang optimal dan anak mampu menghapai permasalahan yang terjadi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.Freud membagi dengan tahapan-tahapan yang dilalui sesuai dengan umur anak :
a. Tingkat oral bayi yang baru lahir ( 0 – 1 tahun)
Pada fase ini pusat kepuasan ada pada daerah oral atau mulut. Bila tugas Perkembangan ini tercapai, maka anak akan belajar: menghisap, menelan, mamainkan bibir, makan, kenyang dan anak dapat tidur dengan nyenyak.
Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai, anak akan menunjukkan perilaku: menggigit, mengeluarkan air liur, marah atau menangis jika tidak terpenuhi
Tugas orang tua adalah untuk memenuhi fase oral dengan penuh kesabaran.
Tugas orang tua adalah untuk memenuhi fase oral dengan penuh kesabaran.
Dalam awal pertuimbuhan ego yang terjadi pada tingkat oral ini terbentuk enam mekanisme dasar, yaitu; introjeksi, identifikasi primer, proyeksi, fiksasi, regresi, penolakan.
b. Tingkat Anal ( 1 – 3 tahun)
Perkembangan ego pada tingkat ini ditandai oleh;kemampuan untuk mengasah objek, sadar dan toleran terhadap kecemasan, perkembangan kemampuan bicara dan berpikir, tumbuh pertahanan terhadap impulsivitas.
Pada tingkat ini ada 2 kemampuan menguasai yang penting pada anak: pertama, kemampuan menguasai tubuh sendiri seperti berjalan, bicara dan menahan buang air besar. Kedua kemampuan menilai dan berpikir yang sangat dipengaruhi oleh tumbuhnya kemampuan berbahasa. Dalam perkembangan selanjutnya dalam tingkat anal ini, ego mulai dapat menunda untuk sementara, atau membelokan arah untuk selamanya, dorongan-dorongan id.
Perkembangan psikoseksual ini ada 2, yaitu;
1. tahap anal ekspulsif, dimana anak mendapatkan kepuasan seksual dari proses buang air besar.
2. Tahap anal retensif, dimana anak mendapatkan kepuasaan seksual dengan menahan tinjanya didalam perut.
Tugas perkembangan yang harus dilalui anak adalah melakukan kontrol terhadap BAB dan BAK, dan bila tercapai anak akan senang melakukan sendiri. Sedangkan bila tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul beberapa masalah seperti anak akan menahan dan melakukannya dengan mempermainkan.
Peran lingkungan adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri..
c. Tingkat falik atau Phallic ( 3 – 6 tahun)
Daerah organ pertama adalah kelamin. Disini ada 3 perkembangan penting:
- meningkat minat pada seks: dalam keluarga berupa kompleks Oedipoes dan dalam diri sendiri berupa fantasi-fantasi terrentu
- proses pertumbuhan superego.
- makin banyak dipergunakannya mekanisme pertahana ego tanda-tanda dari periode ini adalah meningkatnya kegiatan masturbasi, meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan berlawanan jenis dan meningkatnya kecendrungan ekshibionis (menunjuk alat kelaminnya pada orang lain).
Inti dari perkembangan jiwa pada tingkat falik ini adalah kompleks OIedipoes, berarti cinta dari seorang anak laki-laki terhadap ibunya atau cinta dari anak perempuan terhadap kepada ayahnya. Disamping cinta itu ada perasaan benci, iri dan bermusuhan.
Kompleks Oedipoes ini menurut Freud merupakan dasar seksualitas dewasa. Sebagian proses ini berkenbang diluar kesadaran anak yang bersangkutan. Akibatnya adalah makin mantapnya superego.
d. Tingkat laten ( 6 – 12 tahun)
Pada fase ini anak cenderung mempunyai orientasi sosial keluar rumah, anak sangat senang untuk bermain. Terjadi perkembangan intelektual dan sosial, anak mempunyai banyak teman dan membentuk kelompok, impuls agresivitas lebih terkontrol. Perkembangan Psikoseksual cenderung memasuki masa tenang. Pada fase ini pengertian seksualitas lebih realistis dan konsep jenis kelamin telah dicapai..
e. Tingkat genital (13 – 18 tahun)
Tingkat gennital adalah penghubung antara masa kanak-kanak dan dewasa. Ada 3 tahap pada tingkat ini, yaitu;
1. tahap pra puber: ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan libido.
2. tahap puber: ditandai dengan pertumbuhan fisik
3. tahap adaptasi: remaja bersangkutan menyesuaikan diri terhadap dorogan-dorongan seksual dan perubagan fisik yang tiba-tiba.
Perkembangan identitas merupakan hal penting yang terjadi pada remaja, anak mulai berkelompok (peer group). Peran lingkungan sangat penting untuk membantu perkembangan identitas pada remaja.
Pada akhir masa remaja diharapkan peran seksual dapat dicapai.
2.5. PENELITIAN KHAS & METODE PENELITIAN
Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Proses dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian.
Satu karakteristiknya adalah terapi atau analisa bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukan perasaan dan pengalamanya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaanya kepada konselor. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribdi yang lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melaui cara-cara realistis. Pertama-tama konselor harus membuat suatu hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor mendengarkan dan memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah pempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Teknik- Teknik Terapi
1. Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor.
Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
2. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
3. Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4. Analisis dan interpretasi resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
5. Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi (pemin dahan).transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.
2.6. KERITIKAN TEHADAP PSIKOANALISIS
Beberapa Kritik terhadap psikoanalisa antara lain;
- pandangan yang terlalu deterministic dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
- terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu.
- terlalu meminimalkan rasionalitas.
- penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
- data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisa.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Freud umumnya dipandang sebagai ahli yang pertama-tama mengutamakan aspek perkembangan dari pada kepribadian, dan terutama yang menekankan peran yang menentukan tahun- tahun permulaan masa kanak- kanak dalam meletakkan dasar- dasar struktur kepribadian. Frued berpendapat bahwa, kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun ke-5, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan dari struktur dasar tersebut.
Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar pengalamannya dalam melakukan psikoanalisis. Dalam hal ini penyelidikan selalu menjurus ke arah masa kanak- kanak, yaitu masa yang mempunyai peranan yang menentukan dalam hal timbulnya neurosis pada tahun- tahun yang berikutnya.
Freud jarang mempelajari anak-anak muda secara langsung; dia mendasari teorinya pada pekerjaannya dengan pasien analitik dimana explorasi mental sangat sering memimpin mereka kembali untuk pengalaman masa kanak-kanak awal. Sebagai akibat dari meningkatnya tegangan karena keempat sumber itu, maka orang harus terpaksa belajar cara-cara yang baru untuk mereduksikan tegangan. Belajar cara-cara yang baru untuk mereduksikan tegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian. Identifikasi dan pemindahan obyek adalah cara-cara atau metode-metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik serta kecemasan-kecemasannya.
Hartanto. D. Psikoanalisis Klasik Sigmun Frued. Dody Hartanto’s Blog.mht. 20 Desember 2008.
Rizky. Perkembangan Kepribadian. http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/
Suryabrata.S. (2005). Psikologi Kepribadian. Editor: Sumadi Suryabrata. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Fazlurrachman. H . Teori Konseling Psikoanalisa (Sigmund Freud). Blog curhat pendidikan . 28 Juli 2008
25 Juni 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar