Minggu, 11 Oktober 2009

CERITA SEORANG WAITER

Setiap orang pasti menginginkan sekolah setinggi-tingginya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik suatu saat nanti. Tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan seperti itu. Sebagian besar mereka yang bekerja di pabrik sebagai pegawai kontrak, pendidikannya hanya sebatas SMA sama halnya dengan waiter. Sebagian besar dari mereka bekerja dengan sistem kontrak.

Sebut saja namanya “Yansyah”, setelah lulus SMA ia mencoba mendaftar atau mengikuti tes ujian masuk salah satu sekolah pelayaran tetapi sangat disayangkan keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan, lalu ia mendapat pekerjaan sebagai waiter. Ia mulai bekerja sebagai waiter pada bulan Januari 2009 di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Kemudian ia dipindah tempatkan ke salah satu restoran di rest area Tol dan saat ini ia bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Bekasi.
Ia bekerja setiap hari dan diberikan libur satu hari dalam seminggu sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 16.00 (sesuai dengan shift). Dapat dibayangkan bagaimana perasaannya jika ia melihat teman seusianya sedang menikmati harinya dengan berjalan-jalan ke MALL bersama teman-temannya sedangkan ia sedang bekerja dan ia tidak dapat menikmati hal tersebut karena ia sudah terikat dengan pekerjaannya. Hal itu memang sangat mungkin terjadi karena dengan jadwal kerja yang seperti itu, jelas akan sulit mengatur waktu antara bekerja dan berkumpul dengan teman-temannya.

Awalnya pun Yansyah merasa kecewa karena tidak bisa seperti teman-teman lainnya yang bisa melanjutkan sekolahnya setelah lulus SMA, apalagi hampir semua teman-temannya melanjutkan kembali sekolahnya dan tidak ada yang langsung bekerja seperti dirinya. Tetapi karena ia memiliki kesungguhan ia menjalani pekerjaannya dengan ikhlas dan selalu merasa nyaman karena selain menjalankan tugas dan kewajibannya ia juga mendapatkan haknya seperti gaji dan tunjangan setiap bulannya. Walaupun ia pernah merasakan komplain dari pelanggannya kerena faktor human error, tetapi ia dapat memakluminya karena baginya “Pembeli adalah raja” dan menerimanya dengan lapang dada.

Demikian observasi sekaligus wawancara yang saya dapatkan dari seorang waiter.

2 komentar:

  1. bagus ncan..

    jangan lupa tugas kes- men..

    gak ada kata malas, kerjakan sekarang juga!
    jangan lupa artikel2 lainnya"

    BalasHapus
  2. hahha.. ok gun terus semangati kawan mu yang malas ne.. hehhe

    BalasHapus