Senin, 17 Mei 2010

TES RORSCHACH


1. KATA PENGANTAR
Yang khas dari teknik proyektif adalah penilaian atas tugas yang relatif tak terstruktur, yaitu tugas yang memungkinkan variasi yang hampir tak terbatas dari respons-respons yang muncul. Dalam rangka yang memungkinkan permainan bebas dari fantasi individu, hanya instruksi umum dan singkat yang diberikan. Karena alasan yang sama, stimuli tes Rorschach bersifat ambigu. Dengan menggunakan interpretasi "desain yang ambigu" untuk menilai kepribadian seseorang adalah sebuah ide yang akan kembali ke masa Leonardo da Vinci dan Botticelli. Interpretasi inkblots adalah pendekatan sistematis dari akhir abad ke-19.
Telah dikatakan bahwa penggunaan Rorschach inkblots mungkin telah terinspirasi oleh dokter Jerman Justinus Kerner yang, pada tahun 1857, telah menerbitkan sebuah buku puisi populer, masing-masing yang diilhami. Perancis psikolog Alfred Binet juga bereksperimen dengan kreativitas ibercak tinta sebagai ujian, dan, setelah pergantian abad, percobaan psikologis itu dimanfaatkan bercak tinta, dengan tujuan seperti belajar imajinasi dan kesadaran.
Setelah mempelajari 300 pasien sakit jiwa, pada tahun 1921 Rorschach menulis buku Psychodiagnostik, yang membentuk dasar dari tes bercak tinta (setelah bereksperimen dengan beberapa ratus inkblots, ia memilih satu set sepuluh untuk nilai diagnostik mereka), tapi dia meninggal pada tahun berikutnya. Meskipun ia menjabat sebagai Vice President dari Psychoanalytic Swiss Society, Rorschach mengalami kesulitan dalam penerbitan buku dan sedikit menarik perhatian ketika pertama kali muncul.
Oleh karena kematian Rorschach yang terlalu dini pada tahun 1922. Pengembangan tes ini diusahakan oleh rekan- rekan dan mahasiswanya. Dalam darsawarsa berikurnya, penggunaan teknik Rorschach amat luas baik di Eropa maupun di Amerka Serikat. Akan tetapi, karena tidak adanya penyusun sistematika tunggal, prosedur untuk melaksanakan, menskor, dan menginterpretasikan “Rorschach” menjadi berkembang biak dan berkembang ke dalam berbagai metode dan sistem. Pada tahun 1960-an, anggapan bahwa Roschach adalah tes tunggal yang terstandarisai sesungguhnya tidak tepat. Berbagai sistem dan pengguna secara bersama-sama hanya memiliki sepuluh kartu stimulus asli dan sejumlah dalil interpretif dasar yang berasal dari karya asli Rorschach.

2. PENGERTIAN TES RORSCHACH
Tes Rorschach (juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar tes bercak tinta) adalah sebuah tes psikologi di mana subjek persepsi bercak tinta dicatat yang kemudian dianalisis dengan menggunakan psikologis interpretasi, secara kompleks diturunkan secara ilmiah algoritma, atau keduanya. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang karakteristik dan fungsi emosional. Tes ini telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien enggan untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini mengambil namanya dari penciptanya, psikolog Swiss Hermann Rorschach.
Perbedaan- perbedaan utama di antara berbagai sistem Rorschach yang berkembang dari tahun 1930- an sampai dengan 1960- an ada pada metode skoring, dan oleh karenanya ada pada soal- soal interpretatif. Pada dasarnya, fokus keprihatinan untuk interpretasi Rorschach bisa di tempatkan entah pada isi respon atau pada karakteristik formalnya seperti misalnya lokasi, determinan, kualitas bentuk, dan berbagai rangkuman kuantitatif yang diturunkan dari respon itu. Meskipun sistem Rorschach amat berbeda dalam rincian penentuan skor dan menginterpretasi respon terhadap kartu, banyak hal dari sistem itu memiliki kesamaan dalam hal klasifikasi dasar kategori- kategori penentuan skor. Lokasi merujuk pada bagian noda tinta yang dengannya responden mengasosiakan tiap respon. Apakah ia menggunakan seluruh noda tinta, rincian umum, rincian yang tidak biasa, ruang putih, atau kombinasi dari semua ini?. Determinan respon mencangkup bentuk, warna, bayangan, dan “gerakan”. Meskipun tentu saja tidak ada gerakan pada noda tinta itu sendiri, persepsi respon pada noda tinta sebagai representasi dari obyek bergerak diberi skor dalam kategori ini. Diferensiasi lebih jauh dibuat dalam kategori- kategori ini. Misalnya, gerakan manusia, gerakan hewan, dan gerakan abstrak, atau gerakan tak berjiwa diskor secara tepisah. Demikian pula, pembentukan bayangan bisa dipandang sebagai mewakili kedalaman, jaman, bentuk- bentuk yang tak jelas seperti misalnya, awan, reproduksi akromatik warna seperti dalam foto. Kualitas bentuk atau  tingkat bentuk respon-respon bisa merujuk pada ketepatan respon- respon itu menyamai lokasi yang digunakan, pada keasliannya, atau pada keduanya. Disamping itu, kompleksitas kognitif respon-respon dan aspek- aspek kualitatif lain dari yang dipersepsi bisa juga diskor dalam sejumlah sistem.
Penanganan isi juga berbeda dari satu sistem Rorschach ke sistem. Penanganan isi juga berbeda dari satu sistem Rorschach ke sistem Rorschach lainnya, meskipun kategori utama tertentu digunakan secara reguler. Yang utama diantara penanganan ini adalah bentuk- bentuk hewan, dan rincian manusia (atau bagian dari bentuk manusia), bentuk- bentuk hewan, dan rincian hewan. Kategori penentuan skor luas lainnya biasa mencangkup obyek seni, tanaman, peta, darah , sinar X, pakaian, obyek seksual, dan pemandangan. Skor popularitas kerap kali didapatkan atas dasar frekuensi relatif respon- respon yang berada diantara orang pada umumnya. Untuk masing-masing dari 10 kartu respon khusus tertentu diskor sebagai respon populer karena sering muncul. Disamping itu kebanyakan sistem mencangkup suatu turus dari verbalisasi yang tidak lazim atau menyimpang yang dibuat oleh peserta tes selama tes Rorschach; verbalisasi semacam itu amat berguna dalam mendeteksi bentuk-bentuk psikopatologi yang parah.
Analisa lebih jauh atas respon-respon Rorschach umumnya didasarkan pada frekuensi relative respon- respon dalam berbagai kategori dan juga nisbah tertentu serta antar hubungan diantara berbagai kategori yang berbeda. Contoh-contoh jenis interpretasi kualitatif yang umumnya digunakan bersama dengan respon-respon Rorschach adalah asosiasi respon “keseluruhan” dengan pikiran konseptual, asosiasi respon “warna”, dengan emosioalitas dan respon “gerakan manusia” dengan imaginasi serta kehidupan fantasi. Dalam penerapan Rorschach yang lazim, penekanan utama ditempatkan pada deskripsi “global” final atas individu, yang di sini ahli klinis memadukan hasil-hasil dari berbagai skor dan indeks yang berbeda. Dalam praktek sesungguhnya, informasi yang ditarik dari sumber- sumber luar, seperti misalnya tes-tes lain, wawancara, catatan riwayat khusus juga digunakan dalam mempersiapkan deskripsi ini.

3. ADMINISTRASI TES RORSCHACH
            Administrasi atau penyajian tes akan mempengaruhi hasil tes, penyajian yang salah akan menyebabkan subjek menjawab salah tanpa disadari. Yang sebetulnya apabila tes disajikan dengan benar subjek dapat memberikan respon yang tepat. Khususnya tes Rorscach validitas tes sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan administrasinya. Oleh karena itu tester yang berhati-hati dan seteliti mungkin dalam menyajikan tes ini agar sesuai dengan prosedur standar yang sudah ditentukan.

3.1.BERCAK TINTA RORSCACH
            Rorschach telah berhasil membuat satu seri kartu bercak tinta yang terdiri dari sepuluh kartu dan sudah di standadisir, kartu-kartu tersebut dapat digunakan sebagai alat assesmen kepribadian seseorang. Bercak tinta itu sekarang telah dicetak diatas kertas tebal berwarna putih sebagai dasarnya, kartu berukuran panjang 24 cm dan lebar 18 cm. Sepuluh kartu tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.      Kartu achromatik. Kelompok kartu ini hanya mempunyai warna hitam, putih dan abu-abu, yaitu kartu I$, IV, V, dan VI.
2.      Kartu chromatik. Kelompok kartu ini mempunyai aneka warna lain, misalnya merah biru hijau dan sebagainya, yaitu kartu II, III,VIII, IX dan X.
            Meskipun dapat dikelompikan menjadi dua seperti yang di sebutkan di atas, masing-masing kartu Rorschach juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sering disebut sebagai insividual properties atau karekteristik kartu. Seorang tester perlu memahami ciri-ciri setiap kartu ini, seehingga dalam melaksanakan administrasi tes dapat lebih sempurna.

3.2.PERSIAPAN TES
            Validitas tes sangat dipengaruhi oleh administrasi atau penyajian tes. Oleh karena itu cara penyajian dan kesiapan untuk tes harus betul-betul diperhatikan.
            Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
            a. Kesiapan tester dan testi
            b. Suasana lingkungan fisik dan sosial
            c. Pengaturan tempat duduk tester dan testi
            d. Alat-alat yang dibutuhkan

3.2.1.Kesiapan tester dan testi
            Untuk melaksanakan tes Rorschach, sebaiknya tester dan testi sama-sama siap dan bersedia untuk melaksanakan tes. Khususnya tester harus sehat secara fisik maupun psikologis, tidak sedang sakit atau mengalami gangguan. Misalnya tidak sedang marah, sedih ataupun terlalu gembira, dan berminat untuk melakukan tes, tidak sedang malas.

3.2.2.Suasana lingkungan fisik dan sosial
            Suasana tes ini sangat bervariasi, bergantung dari tester, testi, maupun situasi pada waktu tes dilaksanakan. Testi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga merasa santai. Seorang tester yang mahir biasanya akan dapat menciptakan suasana yang releks tetap terkontrol dengan cara membentuk rapport (hubungan yang baik). Suasana tes ini sangat penting karena akan berpengaruh juga pada respon yang diberikan. Respon seorang testi yang mempunyai sikap bermusuhan dengan tester akan berlainan dengan respon testi yang bersahabat.
            Selain itu termasuk dengan suasana tes ini juga menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, antara lailn ruangan yang memadai, lingkungan yang tenang tidak ramai atau ribut, tempat duduk yang enak, penerangan yang cukup, sirkulasii udara yang memadai, dan persyaratan lain untuk melaksanakan tes psikologi.

3.2.3.Pengaturan tempat duduk tester dan testi
            Dalam penyelenggaraan tes Rorschach, cara mengatur tempat duduk khususnya posisi tester dan testi akan mempengaruhi suasana tes, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil tes.

            Tempat duduk dapat diatur dalam berbagai posisi, antara lain:
a.    Tester dan testi duduk berdampingan, menghadap kearah yang sama, tetapi tester duduk sedikit dibelakang testi. Cara ini yang dianjurkan oleh Klopfer (1962). Tetapi tampaknya hal ini agak sulit di Indonesia karena faktor  kultural, terutama tester dan testi berbeda jenis kelamin.
b.    Tester duduk berhadap-hadapan dengan testi. Posisi ini nampaknya yang paling sering digunakan di Indonesia. Namun cara duduk seperti ini terlalu formal, menimbulkan kesan sedang diintrogasi, sehingga hubungan menjadi kaku. Keadaan ini kurang cocok untuk tes Rorschach.
c.    Tester duduk di samping testi membentuk sudut siku. Untuk tester orang Indonesia yang pada umumnya tidak kidal, testi duduk disebelah kiri tester. Posisi susuk seperti ini memudahkan tester untuk mengamati gerak-gerik testi maupun perubahan wajahnya secara tidak langsung, hubungan tidak formal dan kaku. Tester juga dapat melihat posisi kartu yang dipegang testi, dan tester lebih enak dalam menulis jawaban testi kedalam lembar jawaban.

3.2.4.Alat-alat yang dibutuhkan
            Alat-alat yang harus dipersiapkan untuk penyajian tes Rorschach adalah:
a.    Sepuluh kartu tes Rorscach yang sudah diatur sesuai dengan urutannya kartu I diletakkan di paling atas, dengan keadaan dibalik sehingga gambar atau bercak tinta menghadap ke bawah.
b. Lembar jawaban. Ada dua macam, yaitu:
1.       Lembar jawaban yang digunakan untuk mencatat semua respon atau jawaban testi pada waktu performance proper.
2.       Lembar lokasi yang digunakan untuk mencatat jawaban testi pada waktu inquiry.
c. Alat pengukur waktu atau Stop Watch yang akan digunakan untuk mengetahui waktu reaksi dan waktu respon testi. Sebaiknya digunakan stop watch digital yang tidak berbunyi, sehingga testi tidak merasa terganggu dalam memberikan jawaban.
d.       Alat tilis

3.3.TAHAP-TAHAP PENYAJIAN TES RORSCACH
            Sebelum melaksanakan tahap-tahap penyajian tes Rorschach, terlebih dahulu tester harus memberikan instruksi. Instruksi dalam tes Rorschach ini memang tidak ada formulasi yang baku seperti pada tes obyekyif, misalnya tes ingtelegensi dan tes bakat. Hal ini sangat tergantung pada kondisi dari testi , misalnya latar belakang pendidikan, sosial budaya, usia, dan keadaan khusus lainnya. Meskipun demikian ada kriteria yang harus dipenuhi untuk memberikan instruksi, yaitu yang utama adalah menggunakan kata-kata netral dan tidak sugestif, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Penjelasan cara membuat bercak tinta, dan menanyakan apakah testi sudah tahu tentang bercak tinta.
b. Memberitahukan pada testi bahwa nanti akan ditunjukkan 10 kartu bercak tinta seperti tersebut diatas.
c. Memberi tahukan bahwa tugas testi adalah mengatakan apa yang dilihat pada kartu tersebut.
d. Motivasi diberikan dengan mengatakan bahwa semua jawaban adalah benar, tidak ada jawaban yang jorok, tabu, atau memalukan; jawaban setiap orang tidak sama; apapun dapat ter lihat di kartu tersebut.
e. memberitahukan bahwa jawaban testi akan dicatat dan waktunya akan dihitung, tetapi testi tidak perlu merasa terganggu. Oleh karena itu sebaiknya testi memberi tahukan apabila testi telah selesai memberikan jawaban pada setiap waktu.

            Seperti disebutkan di atas, bahwa instruksi dapat diberikan dengan formulasi dari tester sendiri, tetapi yang perlu diingat adalah tester tidak boleh memberikan pernyataan-pernyataan maupun pertanyaan yang sugestif. Misalnya dengan mengatakan: “Anda bolehmelihat setiap kartu sesuka anda dan mengatakan kepada saya semua apa yang anda lihat”.
            Setelah selesai memberikan instruksi, tester perlu mengecek apakah testi sudah betul-betul memahami apa yang harus dilakukan. Misalnya dengan menanyakan: “Apakah anda sudah tahu apa yang harus anda lakukan?”. Testi diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Ada kalanya testi meminta penjelasan sekali lagi, tetapi ada juga testi yang ingin tahu tentang tujuan dari tes ini. Jika tidak diberi tahukan kemungkinan testi akan menunjukkan sikap yang tidak kooperitis. Akan cukup riskan juka tester secara eksplisit mengatakan bahwa tes ini adalah tes kepribadian, terutama pada tes yang belum dikenal. Oleh karena jawaban yang paling aman adalah mengatakan bahwa tes ini ada hubungannya dengan imajinasi dan fantasi.
            Sebaliknya ada testi yang sangat antusias dan berusaha sebabikmungkin karena sedang melakukan tes kepribadian, jadi dalam hal ini tester yag harus peka dan mengetahui apa kebutuhan subjek atau testi dalam memberi penjelasan.
            Penguji tes Rorschach dibagi dalam empat tahapan, yaitu:
            1. Performance Proper (PP)
            2. Inquiry
            3. Analogy
            4. Testing the Limits

            Tahapan-tahapan tersebut bukan merupakan suatu rangkaian yang harus dilaksanakan semua secara berurutan. Untuk tahap pertama dan kedua memang diberikan pada semua testi, tetapi tahap ketiga dan keempat dilaksanakan dalam situasi-situasi tertentu.

3.1 PERFORMANCE PROPER (PP)
            Pada tahap ini tester menyajikan atau menunjukkan 10 kartu bercak tinta kepada testi secara berurutan satu persatu. Kartu-kartu tersebut ditunjukkan pada testi dalam posisi tegak. Testi diberi kesempatan untuk merespon atau menjawab secara spontan tanpa bimbingan atau tekanan, tester sebaiknya tidak memberikan intervesi terhadap jawaban yang diberikan testi. Pada tahap PP ini testi diberi kesempatan dan kebebasan yang seluas-luasnya untuk emberi jawaban.
            Tugas terter dalah mamcatat jawaban yang diucapkan testi. Cara mencatat sudah ditentukann dengan aturan-aturan tertentu untuk memudahkan komunikasi antar pengguna tes Rorschach. Hal-hal yang perlu dicatat adalah sebagai berikut:
a. Respon atau jawaban testi: Seluruh respon testi harus dicatat selengkapnya kata demi persis seperti yag diucapkan. Pencatatan ini dapat dilakukan pada lembar jawaban yang telah disediakan ataupun pada kertas lain. Respon yang diberikan subjek ini perlu diberi nomor dengan menggunakan angka. Nomor kartu dituis dengan angka romawi.
b. Waktu: Ada tiga jenis waktu yang dicatat:
b.1        Waktu resksi, yaitu waktu antara pertama kali kartu ditunjukkan pada testi sampai testi memberikan jawaban yang pertama untuk setiap kartu.
b.2        Waktu respon setiap kartu, yaitu: waktu yang digunakan testi untuk memberikan semua respon pada setiap kartu. Termasuk disini adalah waktu reaksi. Tetapi jika tester ingin mendapatkan catatan yang lebih teliti, maka waktu respon setiap kartu yang itu ditunjukkan dalam stop watch dikurangi dengan waktu reaksi.
b.3        Waktu respon total, yaitu waktu yang digunakan testi unruk memberikan respon pada 10 kartu dalam tahap PP. Waktu respon ini akan dihitung pada waktu skoring dengan menjumlahkan seluruh waktu respon setiap kartu, jadi jika termasuk waktu pergantian antara kartu satu ke kartu yang lain atau kalau ada time out.
c.   Posisi Kartu: Posisi yang dicatat disini adalah posisi kartu yang dipegang testi pada saat memberikan respon. Simbol yang digunakan adalah metode yang disarankan oleh Loosli-Usteri. Ujung panah menunjukkan bagian atas dari kartu. Kalau kartu diputar secara penuh, baik sekali maupun beberapa kali tanda yang digunakan adalah lingkaran dan disertai dengan tanda panah pada posisi terakhir yang digunakan. Pencatatan posisi ini berguna untuk pelaksanaan tahap inquiry yaitu untuk mengingatkan pada testi dalam posisi mana dia melihat konsepnya pada waktu tahap PP tadi.

            Selain mecatat hal-hal tersebut diatas, tester juga perlu mencatat tingkah laku dan ekspresi wajah testi ketika sedang memberikan jawaban. Misalnya mengerutkan dahi, tertawa, menggoyang-goyangkan kaki atau tangan, gemetar atau membuat tingkah laku yang aneh. Termasuk juga reaksi tertentu yang muncul ketika melihat kartu tertentu. Misalnya, ada subjek yang menunjukkan ekspresi takut ketika melihat kartu IV, atau tampak malu-malu ketika pertama mellihat kartu VI.
            Ada kemungkinan pada tahap performance proper ini testi masih banyak bertanya, apakah kartu boleh dipegang, apakah kartu boleh diputar-putar. Maka tester sebaiknya menjawab secara netral bahwa hal itu terserah kepada testi. Juga perlu dikatakan lagi bahwa setiap orang memerlukan kartu itu secara berbeda-beda, maka tetsti dipersilakan memperlakukan sesuai keinginannya.
            Pada tahap PP ini ada kemungkinan seorang testi tidak dapat memberikan jawaban pada satu kartu. Kasus seperti ini sering disebut sebagai kasus “kartu kosong”. Bila hal ini terjadi, tester tidak perlu khawatir, karena masalah ini akan diungkap kembali pada tahap inquiry.

3.2 INQUIRY
            Tahap kedua ini dilakukan sesudah performance proper, dirancang untuk mengungkap bagaimana testi sampai pada respon yang diberikan, sehingga dapat diberikan skor dengan tepat. Disini terter memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat klasifikasi, tetapi tidak boleh mempengaruhi jawaban testi. Semua pertanyaan yang diajukan kepada testi harus bersifat netral.
            Tujuan utama dari inquiry adalah untuk menjelaskan jawaban agar dapat diberikan skor dengan tepat, yang dapat dilakukan dengan:
a. Memperoleh berbagai keterangan dari testi tentang bagaimana cara melihat bercak, sehingga sampai pada konsep jawabannya. Tester harus memperoleh penjelasan mengenai berbagai aspek dari jawaban testi, yaitu yang menyangkut; lokasi dari bercak yang digunakan berbagai landasan memberikan jawaban, determinan yang digunakan, isi atau content jawaban tersebut. Informasi-informasi ini sanngat penting sebagai landasan untuk memberikan skor.
b. Memberikan kesempatan kepada testi untuk melengkapi jawabanya maupun menampah respon-respon baru. Terutama bagi testi yang tidak memberikan jawaban pada satu kartu (kartu kosong atau sing out). Atau jika pada suatu kartu testi hanya memberikan satu jawaban saja, maka pada tahap ini diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atau menambahkannya dengan jalan menyajikan kartu itu sekali lagi dan meminta testi melihatnya. Tetapi tester tidak boleh secara jelas menyuruh testi memberikan jawaban, melainkan hanya memberikan kesempatan saja.
            3.2.1 Inquiry untuk lokasi
            Inquiry pertama yang dilakukan adalah untuk lokasi, yaitu bagian bercak yang dijadikan sebagai landasan bagi testi untuk memberikan konsep jawabanya. Untuk menanyakan lokasi tester dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut;”Tunjukkan pada saya,bagian mana dari bercak yang anda sebut sebagai kelelawar?”,misalnya subjek menjawab kelelawar. Atau “pada bagian mana dari bercak ini yang anda lihat sebagai dua orang wanita?”, misalnya jawaban subjek dua orang wanita).
            Berbagai cara dapat dilakukan untuk meminta testi menunjukkan lokasi dari jawaban yang dimaksud, antara lain;
a. Testi diminta untuk menunjukkan atau melingkari lokasi yang digunakan dengan jari tangannya pada kartu. Ini adalah cara yang paling banyak digunakan.
b. Testi diminta melingkari lokasi yang dimaksud pada location chart (lembar lokasi) dengan pensil.
c. Testi diminta untuk menjiplak gambar yang dilihat pada kartu itu di atas kertas tembus.
d.  Testi diminta untuk menjabarkan jawabannya secara bebas dengan berdasarkan pada kertas lain.

            3.2.2 Inquiry untuk Determinan
            Yang akan diungkapkan dengan inquiry untuk determinan adalah bagaimana cara testi melihat bercak, sehingga testi sampai pada konsepnya. Apakah dia menggunakan bentuk bercak saja, atau mungkin juga menggunakan bentuk bercak saja, atau mungkin juga menggunakan warna dan shading atau mungkin dia melihat bercak itu sebagai sesuatu yang bergerak. Jadi yang tercakup didalam aspek determinan adalah penggunaan bentuk (form), gerakkan (Movement), perbedaan gelap dan terang dari bercak (shading), dan warna (color).
            Dibanding dengan lokasi, inquiry untuk determinan lebih kompleks karena tester tidak diperkenankan untuk mengajukan pertanyaan secara langsung tentang apa yang ingin ditanyakan tester, supaya testi tidak terpengaruh, jadi testi tetap diharapkan menjawab dengan spontan sesuai idenya sendiri. Misalnya tester tidak diperkenankan untuk mempergunakan kata “warna”, atau “gerakan” sebelum testi sendiri mengatakannya. Kalau pada waktu PP tester belum mengetahui determinan apa yang digunakan oleh testi, maka sebaiknya pertanyaan yang diajukan bersifat umum. Misalnya; “apa yang membuat anda berkesan bercak ini sebagai kelelawar?”.
            Seandainya testi sudah memberikan isyarat bahwa dia menggunakan suatu determinan, maka tester sebaiknya menggunakan tanda itu untuk melakukan inquiry. Misalnya pada kari III testi mengatakan; “ini adalah kupu-kupu yang indah”, maka tester dapat bertanya; “apa yang membuat anda berkesan bercak ini sebagai kupu-kupu?” kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan;”apa yang anda maksud dengan indah?”.
            Dalam melaksanakan inquiry untuk determinan ini tidak dipisah-pisahkan apakah terter akan mengungkap penggunaan bentuk, penggunaan warna, shading atau pun gerakkan. Pada umumnya dengan memberikan pertanyaan secara umum saja testi sudah terstimulasi untuk menceritakan penggunaan beberapa aspek dari determinan sekaigus. Meskipun demikian tester perlu mengetahui bagaimana cara mengungkap masing-masing determinan tersebut.
            3.2.3 Inquiery Untuk Isi (content)
            Inquiry untuk content biasanya tidak diperlukan lagi karena pada umumnya konsep apa yang dilihat oleh testi itu sudah cukup jelas. Hanya kalau tster masih ragu-ragu, hal ini boleh ditanyakan. Misalnya, pada kartu IV testi menjawab: “Apa yang anda maksud dengan makhluk?”. Pertanyaan ini sebenarnya ingin menggunakan makhluk tersebut sebangsa bintang atau manusia.


            3.2.4 Hal-hal yang Perlu Dicatat dalam Inquiry
            Dalam tahap inquiry ini yang tester perlu perlu mengetahui apa saja yang dicatat pada protokol. Secara umum, semua jawaban testi harus dicatat secara teliti. Pertanyaan umum yang diajukan untuk mengungkap lokasi dan determinan tidak pernah ditulis. Misalnya pada kartu I testi memberikan jawaban pata tahap performance proper:ini seekor kelelawar”. Kemudian pda tahap tester bertanya: “Apa yang mengesankan ini seperti kelelawar?”. Pertanyaan seperti ini tidak perlu dicatat pada protokol. Tetapi kalau tester mengajukan pertanyaan diluar pertanyaan yang umum atau biasa, maka pertanyaan itu perlu dicatat. Misalnya, pada kartu VII testi menjawab: “Ini adalah sesuatu yang halus“ maka tester menanyakan: “Apakah yang anda maksud dengan sesuatu itu?”. Pertanyaan yang meminta kejelasan tentang isi jawaban semacam ini perlu dicatat pada protokol. Demikian juga untuk pengguanaan determinan. Misalnya, testi menjawab pada kartu VIII: “Dua ekor beruang kutub yang berwarna jambon sedang berjalan diatas es”. Pada waktu inquiry tester menanyakan: “Apa yang mengesankan seperti beruang kutub”. Pertanyaan tersebut tidak perlu dicatat. Demikian juga permintaan tester untuk meminta penjelasan lebih lanjut, seperti: “Coba jelaskan lebih lanjut”. Tetapi kalau tester menanyakan tentang konsep warna, misalnya: “Anda berpikir beruang ini merah jambon?”. Pertanyaan ini perlu dicatat dalam protokol.
            Selain mencatat jawaban testi atau pertanyaan yang diajukan, tester juga perlu mencatat atau menggambar lokasi yang digunakan testi untuk membuat jawaban. Jika jawaban testi lebih dari satu sebaiknya digunakan spidol yang warnanya berbeda-beda untuk setiap jawaban-jawaban. Ini untuk memudahkan tester dalam memberikan scoring lokasi.
            Dalam tahap inquiry dimungkinkan testi menambah jawaban baru, yang disebut sebagai jawaban tambahan (additional). Jawaban ini harus diberi tanda yang berbeda dengan jawaban yang muncul pada tahap PP. misalnya kalau jawaban yang muncul pada waktu PP diberi nomor dengan angka, maka jawaban yang munvul pad tahap inquiry diberi nomor dengan huruf.
            3.2.5 Hal-hal lain yang Mungkin Muncul dalam Inquiry
            Sering juga terjadi jawaban yang muncul pada waktu PP dikolerasi pada waktu inquiry. Jika hal ini terjadi, maka yang digunakan adalah jawaban yang telah dikoreksi. Jika jawaban yang muncul pada tahap umumnya ternyata tidak disetujui atau ditolak oleh testi sendiri setelah ia melihat kartu lagi, maka jawaban tersebut perlu dibri tanda dengan anak panah.
            Jika pada waktu PP dijumpai kasus “kartu kosong”, maka pada waktu nquiry kartu tersebut tetap diberikan lagi pada testi. Selanjutnya tester boleh memberikan instruksi supaya testi melihat kartu dan memberikan jawaban jika dia dapat melihat sesuatu dari kartu tersebut. Jika setelah melihat kartu kembali seorang testi data memberikan memberikan jawaban, maka jawaban tersebut masuk dalam kategori jawaban tambahan (assitional). Tetapi jika testi tidak data memberikan tanggung jawab, maka tester harus melakukan tahap berikutnya, yaitu tahap analogy.
3.3 TAHAP ANALOGY
            Tahap ini bersifat opsional, artinya boleh dilakukan tetapi juga boleh dilaksanakan, tergantung pada kondisi tes atau jawaban yang diberikan. Dengan berbagai tanda yang mungkin telah ada pada jawaban testi tahap sebelumnya, tester bertanya apakah suatu determinan yang digunakan pada jawaban suatu kartu juga digunakan pada jawaban kartu lain.
            Tahap analogy ini diberikan apabila tester menjumpai dua situasi dalam tes:
            a. Ada “kartu kosong” atau ditolak testi.
b. Determinan atau lokasi tertentu muncul sangat sedikit atau hanya satu, padahal bercak mempunyai fasilitas tersebut.
            Pada kasus tersebut, tester belum yakin apakah testi menggunakan suatu determinan pada situasi bercak. Maka tester harus mendapatkan keterangan yang jelas dengan mengadakan follow-up terhadap jawaban yang diberikan pada inquiry tersebut.
            Pertanyaan yang diajukan pada tahap analogy ini sifatnya adalah membandingkan atau menganalogikan dengan jawaban testi sendiri yang sudah ada (bukan jawaban orang lain). Misalnya pada kartu III testi mengatakan: “Dua orang manusia yang sudah mengangkat suatu barang”. Disini konsep gerakanjelas digunakan. Kemungkinan pada kartu VII testi menjawab: “Dua orang anak yang mengenakan pakaian seperti kelinci. Pakaian itu tampak berbulu halus dan bentuk telinganya panjang seperti kelinci”. Disini masih belum jelas apakah testi menggunakan gerakkan atau tidak. Oleh karena itu tester boleh bertantya:”Disini (kartu III) anda mengatakan sebagai manusia yang sedang mengangkat sesuatu. Bagaimana dengan dua anak manusia disini (kartu VII)?”.
            Contoh lain adalah pada kartu  testi menjawab; “Ini adalah bunga yang indah dan berwarna-warni. Ada yang berwarna merah, hijau dan kuning”. Jawaban ini jelas menggunakan warna. Tetapi pada kartu III testi mengatakan: “Ini seekor kupu-kupu yang sedang terbang.” Tester ingin tahu, apakah pada kartu III ini testi yang menggunaknan warna atau tidak, maka dia boleh bertanya: “Disini (kartu IX)anda mengatakan bunga yang warnanya bermacam-macam, nah bagaimana dengan kupu-kupu disini”.
            Pertanyaan yang sifatnya analogy ini juga diberikan kalau ada kartu yang tidak ada jawabannya sama sekalli. Misalnya testi tidak memberikan jawabannya pada kartu V karena terganggu dengan warna hitam kelam (black-shock). Tetapi pada kartu I (yang mempunyai fasilitas yang sama dengan kartu V) dia memberikan jawaban; “Seekor kelelawar yang sedang terbang”. Maka jawaban pada kartu I tersebut padat digunakan tester untuk merangsang supaya testi memberikan jawaban pada kartu V dengan bertanya: “Disini  (kartu I) anda mengatakan seperti seekor kelelawar, bagaimana dengan disini? (kartu V).
            Perlu diingat bahwa pada tahap analogy ini pertanyaan-pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif masih tidak diperkenankan. Ini disebabkan jawaban yang diberikan testi pada tahap analogy ini masih tetap diskor secara kuantitatif sebagai jawaban tambahan.
            Tahap analogy ini dapat dilakukan apabila diantara jawaban-jawaban yang diberikan testi dari 10 kartu itu ada satu determinan yang muncul, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar menganalogi. Tetapi jika tidak ada jawaban yang dapat digunakan untuk menganalogikan sama sekali, misalnya tak ada gerakkan, tak ada warna atau shading, maka tester langsung melaksanakan tahap terakir, yaitu testing the limits.

3.4 TAHAP TESTING THE LIMITS
            Tahap ini dilaksanakan apabila pada tahap-tahap sebelumnya testi tidak mampu memberikan jawaban-jawaban tertentu, yaitu:
a. Tidak ada lokasi keselulruhan (W) atau sebagaian besar (D).
b. Tidak ada konsep manusia atau hewan sedangkan bergerak, skor M atau FM.
c. Tidak ada jawaban yang mengkombinasikan antara bentuk dan warna atau skor FC.
d. Tidak ada jawaban yang menggunakan shading atau skor mengandung c,K,k.
e. Tidak ada jawaban populer.
f. Tidak ada jawaban pada satu kartu atau lebih (menolak untuk menjawab).
            Dalam melaksanakan testing the limits ini tester sudah boleh memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya langsung dan sugestif. Meskipun demikian sebaiknya dimulai dengan pertanyaan terlebih dahulul, jika tidak dapat baru pertanyaan yang langsung atau spesifik.
            Didalam testing the limits inu tampak bahwa testi sudah banyak diberikan pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif, oleh karena itu hasil yang diperoleh pada tahap ini tidak dapat dimasukkan dalam skoring yag kuantitatif, tetaoi merupakan suatu bahan untuk interpretasi kualitatif. Tujuannya hanyalah ingin tahu apakah testi merupakan potensi untuk melihat konsep-konsep yang spesifik tersebut atau tidak.
           
3.5 PROSEDUR KHUSUS
            Prosedur administrasi yang telah dijelaskan pada di atas adalah prosedur standar yang biasa digunakan pada orang dewasa yang normal. Menurut Klopfer (1962) prosedur administrasi harus agak sedikit berbeda pada subjek tertentu, misalnya untuk anak-anak, orangtua atau orang yang mengalami gangguan mental. Pada anak-anak dan orang tua, hanya kalimat pada waktu instruksi saja yang diubah sesuai dengan kondisi testi, sedangkan prinsip dasar tetap. Tetapi pada orang yang mengalami gangguan mental, dibutuhkan penggunaan yang berbeda, tergantung dari ancaman gangguan itu. Tester boleh lebih direktif dan fleksibel.
            Ada beberapa prosedur khusus yang disarankan oleh beberapa ahli yang dapat digunakan dalam situasi-situasi tertentu, prosedur ini setaraf dengan testing the limits:
a. Prosedur asosiasi bebas (Free Association Procedure). Prosedur ini lebih digunakan dalam situasi klinis. Terutama apabila testi memberi jawaban yang isinya (content) berulang-ulang muncul pada banyak kartu. Misalnya subjek memberi jawaban “darah” pada kartu II, III, VIII, IX, dan X. tampaknya isi jawaban ini mempunyai arti yang sangat penting bagi testi. Mungkin testi mempunyai pengalaman traumatis yang berkaitan dengan darah. Oleh karena itu tester dapat meminta testi untuk berasosiasi bebas tentang darah yang dilihat pada salah satu kartu tersebut. Informasi yang diperoleh dari prosedur ini dapat digunakan sebagai tambahan dalam interpretasi kualitatif.
b. Teknik pembentukan konsep (concept formation technique). Pada prosedur ini tester memberikan seluruh kartu pada testi. Selanjutnya testi diminta untuk menggolongkan seluruh kartu tersebut. Kemungkinan testi akan menggolongkannya berdasarkan isi (content) jawaban, dapat juga menggolongkan berdasarkan bentuknya atau determinan lainnya. Teknik ini dapat digunakan sebagai salah satu teknik pada tahap testing the limits. Misalnya, pada testi yang tidak add jawaban warna sama sekali, maka akan di akromatis, kemudian meminta testi untuk menyebutkan apa dasar menggelompokan itu. Jika ia dapat memberikan jawaban berdasarkan warnanya maka berarti sebenarnya testi dapat melihat warna pada bercak, tapi dia kurang seneitif, sehingga tidak dapat memberikan respon berdasarkan warna.
c. Prosedur menggambar bebas (Graphic procedure). Teknik ini banyak digunakan, subjek diminta menggambar objek yang dilihat pada kartu dikertas lainnya secara bebas.
d. Prosedur suka atau tidak suka (Like-dislike procedure). Pada prosedur ini testi juga diberikan seluruh kartu, kemudian testi diminta untuk memilih satu kartu yang paling disukai dan satu kartu yang paling tidak disukai. Selanjutnya testi diminta untuk memberikan penjelasan alasan testi menyukai dan tidak menyukai kartu tersebut. Cara ini juga dapat menambah interpretasi kualitatif.
            Yang terpenting dalam prosedur khusus ini adalah meminta subjek untuk berbicara dan menceritakan sesuatu, biasanya pada orang yang bermasalah atau mengalami gangguan, dari isi ceritanya dapat diperkirakan keadaan dalam dirinya.






4. KARTU BERCAK TINTA


Kartu I, mengindikasikan lingkungan atau sesuatu yang baru dan tingkat stres sesorang.

Kartu II, mengindikasikan bagaimana mengelola perasaan marah dan berbagai tanggapan seksual (seingkali dianggap sebagai darah).
Kartu III, dianggap mengandung  dua manusia yang terlibat interaksi, serta dapat memberikan informasi tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain (interaksi sosial).

Kartu IV, bertujuan untuk mengetahui rasa otoritas sesorang. Hamper selalu diklasifikasikan sebagai laki- laki daripada perempuan, jadi biasanya diungkapakan sikap dan otoritas pada laki- laki.
Kartu V, menampilkan sebuah keprihatinan dan elaborasi.

Kartu VI, memunculkan asosiasi yang terkait dengan kedekatan antar pribadi, secara khusus sebagai “kartu seks”, lebih sering dilaporkan daripada kartu lain yang memiliki variasi lebih besar.
            Kartu VII, dapat dikaitkan dengan feminitas (sosok manusia digambarkan sebagai wanita dan anak- anak), dan fungsi sebagai “ibu”, dimana kesulitan dan keprihatinan dengan tokoh- tokoh perempuan dalam kehidupan sesorang.
Kartu VIII, sering terungkap kelegaan dan  rasa santai. Tetapi terkadang seseorang yang sedang mengalami emosional yang menyedihkan akan merasa tidak nyaman pada kartu ini.


Kartu IX, hanya ada satu jawaban popular pada kartu ini yaitu mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan data yang tidak terstruktur (ketidakjelasan umum).
Kartu X, secara structural mirip dengan kartu VIII, namun ketidakpastian mengarah pada kartu IX: orang- orang sulit menganani hal- hal yang datang secara bersamaan. Sebagai kartu terakhir kartu ini memberikan kesempatan bagi subjek untuk “sign out” dengan menunjukkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka ingin ketahui.
5. ANALISA
            Tes Rorschach termasuk dalam tes proyektif non verbal, karena materi dan reaksi tidak menggunakan bahasa, meski intruksi menggunakan bahasa. Teknik ini telah digunakan dengan cukup sukses sebagai dasar untuk meneliti hubungan- hubungan antarpribadi dan berbagai jenis perilaku sosial. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang karakteristik dan fungsi emosional. Tes ini telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien enggan untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Scoring tes Rorschach di tentukan oleh beberapa asosiasi yang memili skor tersendiri, seperti asosiasi respon “keseluruhan” dengan pikiran konseptual, asosiasi respon “warna”, dengan emosioalitas dan respon “gerakan manusia” dengan imaginasi serta kehidupan fantasi, seperti yang sudah dijabarkan diatas.
            Jika antara teste atau individu dihadapkan dalam hal-hal yang ambius, maka seseorang akan memproyeksikan “Personality”. Terdapat stimulus – respon. Syarat atau ketentukan untuk melakukan tes adalah sebuah screen, yang merupaan alat-alat untuk memproyeksikan gambar atau stimulus. Dalam tes Rorschach termasuk dalam jenis tes 3 dimensi, dan mengandung nilai asemi dalam Hanspolivensi. Sementara itu, sifatnya adalah global kerena memiliki sifat ambigus.

            Klasifikasi tes proyektif, ada beberapa pendapat. Seperti:
·         Wundt: Tes proyektif secara eksploratif.
a. Teknik proyektif yang impresif: data-data tes proyeksi pribadi secara oral/ kepribadian (menceritakan masa lampau).
b. Teknik proyektif yang eksprosif: berada dalam situasi baru, diberikan stimulus dengan situasi baru yang akan dilihat responnya.

·         L.K. Frank
Frank berpendapat, orang yang satu kali mengadakan penelitian proyeksi dengan maksuud ingin menganalisa sifat respon yang diberikan subjektif. Penelitiannya disimpulkan 4 macam teknik proyektif. Namun, Simon menambahkan satu macam lagi teknik proyektif yaitu teknik relatif.

·         Allport
Teknik yang digunakan oleh Allport dinamakan teknik ekspresif.

            Sementara itu, tes Rorschach termasuk dalam Teknik Konstruktif, yaitu memunculkan bermacam-macam materi yang ambigus atau belum terstruktur kemusian subjek yang diminta menyusunnya.
·         Lindzey
Lebih menekankan pada tes-tes proyeksi yang sifatnya verbal. Yang diklasifikasikan yang lebih dikenal dengan 5 Way Classification, dan tes Rorschach masuk dalam beberapa klasifikasi, seperti:
1.      Association tech: memberikan symbol pada cerita, apa yang pertama kali tefikirkan didalam otak.
2.      Constraction tech: ditunjukkan meteri yang kabur, dimana mengurutkan gambar .


Sumber:
Anne, Urbina S. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT. Indeks.
Anonim. 2010. Rorschach Test. http://www.wikipedia.com. 10 Maret 2010.
Exner, John E. (1995). The Rorschach: A Comprehensive System. New York: John Wiley & Sons.
Klopfer, dkk. (1962). The Rorschach Technique: An Introductory Manual. New York: Harcourt, Brace & World .
Subandi, M.A., Wulan, R. (2004). Tes Rorschach: Administrasi dan Skoring. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.